Selasa, 25 Februari 2014

My Little Circle


Disinilah aku berkumpul..
Disinilah aku bercerita..
Disinilah aku belajar..
Disinilah aku berbagi..
Inilah lingkaran kecilku, lingkaran yang membuatku belajar banyak hal..

Disini pula aku mengenal tarbiyah..
Tarbiyah telah mengajarkanku berbagai hal yang kucari-cari selama ini.
Benar-benar indah nuansa tarbiyah itu, tidak salah jika aku telah mengejar-ngejarnya sejak SMA.
Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, belajar untuk bermanfaat bagi orang lain.

Sudah setahun lebih aku berkumpul di lingkaran kecil ini, sudah banyak pula ilmu pula yang kudapat dan semoga kita semua bisa mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Berganti murabbi, libur panjang, berbenturan dengan kesibukan di luar, banyak tugas, ngantuk, sakit, hujan deras, semua cobaan itu telah menjadi bumbu indah saat ini karena kita masih saling berpegang tangan untuk tetap melanjutkan dakwah ini J. Semangat teman-teman.

Hari ini, 22 Februari 2014 kita merencanakan hal yang luar biasa, membuat suatu yang berbeda yaitu liqo di alam terbuka sambil camping dan rihlah di Gunung Bunder yang berada di kaki Gunung Salak. Sebenarnya tujuan sampingannya mau refreshing juga sih sebelum berangkat magang hehe. Namun hal yang sangat disayangkan kita hanya ber-9 andai saja kita lengkap pasti lebih seru.

Agendanya saat itu adalah liqo, camping, bakar jagung, dan mentadaburi alam. Kami berangkat dari Al-Ghifari menuju Darmaga dengan menggunakan motor dan membawa segala macam peralatan mulai dari galon, panggangan, tenda, nasi , dan lain-lain. Sebenarnya ribet sih hehe, bahkan rencana yang mau berangkat di ba’da ashar tertunda hingga 2 jam.

Kami berangkat dari darmaga menuju Gunung Bunder dengan menggunakan 3 motor dan1 mobil. Tidak lupa pula kami sejenak menunaikan ibadah sholat magrib di jalan agar setiap langkah ini akan bernilai ibadah aamiin. Langit semakin banyak dipenuhi bintang-bintang dan kami akhirnya sampai di lokasi dan langsung mendirikan tenda. Namun hal yang tidak diduga-duga kami bisa melihat terangnya kota Bogor dari ketinggian di malam hari, semuanya yang penuh dengan cahaya terang lampu dari setiap rumah dan jalanan. Subhanallah benar-benar indah.

Sambil mendirikan tenda sebagian yang lain langsung mencoba memangang jagung yang ada sehingga ketika selesai langsung bisa makan jagungnya deh hehehe. Jujur belum punya pengalaman masang tenda, dan diantara kami belum ada yang mahir hehehe, tapi bermodal pede alhamdulillah bisa berdiri tendanya hehehe. Setelah kami selesai makan jagung dan nasi kami langsung menunaikan ibadah sholat Isya di bawah terang bulan dan bintang. So sweet gitu hehe.





Setelah itu kami langsung melanjutkan agenda terpentingnya yaitu liqo. Diterangi lentera, hembusan angin, suara-suara serangga di malam hari, menambah keromantisan liqo kami hehe. Setelah kami liqo, kami melanjutkan agenda panggang jagungnya deh hehehe.


Hari semakin malam dan perlahan-lahan rintikan hujan mulai turun dan membahasi tenda kami menambah dinginnya malam itu, tapi subhanallah nikmat yang benar-benar indah dari-Nya.

Di pagi hari walau dingin menusuk tulang-tulang tidak membuat kami lalai dari Shubuh. Setelah shubuh kami langsung membaca al-matsurat dan sedikit berdiskusi. Ketika matahari mulai muncul ke permukaan kami segera bergegas untuk pulang  dan tidak lupa untuk sarapan dulu. Selesai sarapan langsung deh kami masuk ke acara berikutnya yaitu foto-foto hehehe. Ya setiap momen itu harus diabadikan untuk diceritakan ke anak-anak kita nanti *eh hehehe. Sebelum pulang kami menyempatkan diri untuk mengikuti terapi ikan. Maklum karena penasaran dan ingin merasakan sensasinya kami mencobanya deh hehe. Dengan uang 5.000 kami dapat merasakan gelitikan ikan-ikan kecil di kaki kami selama setengah jam. Katanya sih ikan itu bisa memakan toksin di tubuh kita melalui tapak kaki kita.

Ya itulah kegiatan yang tidak terlupakan pastinya untukku bersama sahabat-sahabatku luar biasa di tarbiyah ini, in my little circle. Lingkaran kecil yang berdampak besar untuk orang banyak aamiin. Semoga kita bisa melanjutkan misi dakwah ini dimanapun kita berada aamiin.
Sampai jumpa lagi kawan...


Selasa, 18 Februari 2014

Kekuatan Keyakinan



Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau tak berani melawan rasa takutmu.

Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau tak pernah yakin dengan dirimu sendiri.

Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau tak percaya bahwa dirimu terlahir dengan kekuatan yang luar biasa.

Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau hanya melihat kekuranganmu saja.

Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau selalu menyalahkan dirimu sendiri.

Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau selalu berbicara tanpa ada melakukan perbaikan.

Kau takkan pernah tahu kekuatan luar biasa yang ada di dirimu jika kau selalu merasa dirimu yang paling lemah dan pasrah dengan keadaanmu.

Apa kau yakin dengan dirimu? Apa kau yakin kau bisa melakukan suatu hal yang luar biasa?

Semua jawaban itu ada di dirimu. Tinggal dirimu yang menentukan jawaban apa yang akan kau berikan.

Aku selalu bersyukur ketika di setiap kejadian aku bisa mengambil hikmah dari sebuah kejadian dan aku selalu berharap aku bisa berbagi setiap pengalamanku dengan sahabat-sahabatku sekalipun itu hanya sedikit.

Di masa perkuliahan ini aku mengikuti olahraga bela diri yang dikhususkan untuk kami para mahasiswa PKS sebagai bekal mental dan fisik di kebun nanti yaitu merpati putih. Sudah 10 bulan aku mengikuti latihan rutin dan sudah saatnya aku mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT). Tepatnya 16 Februari 2014 UKT digelar dan akhirnya sabuk putih ini berhasil disulap menjadi merah. Hihiihi. Tapi bukan itulah yang terpenting, disini aku menemukan suatu hal yang sangat luar biasa selain mental dan fisik yang terbentuk, dan itu adalah keyakinan.





Keyakinan yang bisa merubah segalanya dan bisa menghasilkan suatu yang luar biasa. Dalam UKT ini setiap orang wajib mematahkan beton yang sudah disiapkan. Emmm, sudah pasti yang terpikirkan adalah pasti yang melakukannya adalah seseorang yang berotot, besar, dan kuat. Ternyata ada suatu hal yang bisa mengalahkan besarnya otot itu, yaitu keyakinan. Dalam mematahkan beton tahapan yang harus kita lakukan adalah mengambil ancang-ancang untuk melakukan pematahan, kuatkan kuda-kuda, pasang target yang ingin kau patahkan, tentukan titik patah yang tepat, dan yang terpenting yakinlah dengan dirimu bahwa kau bisa mematahkannya, hilangkan rasa takut akan sakit yang kau rasakan, yakin, yakin, dan yakin kau bisa mematahkannya. Itulah jurus yang bisa membuatku bisa mematahkan beton setebal itu. Memang dengan melihat fisik beton tersebut saraf-saraf kita akan mengantarkan informasi ke otak mengenai betapa tebalnya beton tersebut dan apabila kegagalan yang kita dapatkan maka tangan akan merasakan sakit yang luar biasa. Itulah tantangannya, bagaimana kita bisa mengubah pemikiran kita dari rasa takut menjadi keberanian, penuh keyakinan kalau kita bisa mematahkan beton tersebut. Jika kita berhasil membuang rasa takut itu dan kita yakin, beton itu bukanlah hal yang sulit untuk dipatahkan. Percayalah.!!

Begitu pula dengan kehidupan yang kita hadapi dan jalani. Dalam menghadapi segala macam persoalan dalam hidup ini kita harus memiliki keyakinan dalam menjalankannya, keyakinan bahwa kita bisa menyelesaikan setiap tantangan yang ada. Ancang-ancang yang diperlukan harus disiapkan, bekali dirimu dengan ilmu-ilmu yang bermanfaaat, kuatkan kuda-kudamu dalam menghadapi masalah tersebut, jangan sampai kau mudah digoyahkan walau hanya hembusan angin. Setelah kau pasang kuda-kudamu, pasang target yang ingin kau selesaikan, cobalah fokus dengan target tersebut agar kau bisa lebih maksimal menyelesaikannya. Tentukan titik dari setiap permasalahan dan rebut setiap kesempatan yang ada, jangan biarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Dan itu semua takkan berhasil jika kau gagal untuk yakin terhadap dirimu sendiri. Yakinlah dirimu mampu dan bisa. Karena keyakinan itulah yang bisa mengeluarkan kekuatan dan kemampuan yang ada di alam bawah sadar kita, dan kemampuan itu perlu diasah terus-menerus agar semakin matang dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Tetap semangat!! Yakinlah kau memiliki kemampuan luar biasa yang tidak pernah dibayangkan!! Buang rasa takutmu!! You can do anything if you believe yourself!!


Kamis, 13 Februari 2014

Perantauan


Sejak di SMA aku sudah punya mimpi untuk hidup merantau dan jauh dari kota kelahiranku, Medan. Ingin sekali memijakkan kaki ini di pulau Jawa untuk mencari jati diriku yang sebenarnya, merasakan manis pahitnya kehidupan, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Kemandirian, kekuatan, dan pengalaman luar biasa kuyakini akan kudapatkan jika aku bisa merantau nantinya, itulah pemikiran ketika masih duduk di bangku SMA.

Alhamdulillah setelah tamat dari SMA aku diberi kesempatan untuk bisa bersekolah di salah satu kota di pulau Jawa, Bogor. Disinilah akan kumulai perjalanan baruku, merintih karir, mencapai kesuksesan agar mereka yang telah mati-matian menghidupkanku hingga sekarang bisa bangga dengan seseorang yang bisa bermanfaat untuk orang banyak. Itulah alasanku untuk bisa berdiri di kota ini.


Aku termotivasi dari cerita-cerita orang yang terlebuh dahulu telah meraih kesuksesan dan itu dimulai dari masa perkuliahan mereka bahkan mereka dari keluarga yang kurang mampu. Bersekolah tanpa meminta bantuan orang tua, menghidupi diri sendiri dengan uang yang diraih dengan jerih payah dan dari tangan mereka sendiri. Tidak melupakan kewajiban utama mereka untuk berkuliah, mendapatkan cumlaude, menjadi mahasiswa berprestasi, mereka berhasil menghidupi diri sendiri dari beasiswa yang diperoleh, mengambil pekerjaan sampingan untuk sesuap nasi di keseharian mereka, dan bahkan menjadi seorang aktifis yang berpengaruh di kampus dan bermanfaat untuk orang banyak. Subhanallah, kenapa kita tidak bisa? Atau kita tidak mau mencobanya?

Sudah berjuta-juta, puluhan bahkan ratusan ataupun miliyar telah dihabiskan hingga aku bisa seperti ini. Tinggiku sudah melampaui kedua orang tuaku, fikiranku sudah mulai dewasa, dan itu sudah cukup bagiku untuk tidak merepotkan mereka lagi karenaku. Seharusnya akulah yang menghidupi mereka sekarang. Walau memang kenyataannya aku belum berpenghasilan cukup untuk bisa membiayai mereka setidaknya aku ingin bisa melepaskan diri dari tanggungan mereka terlebih dahulu. Maafkan aku telah merepotkan kalian selama ini. Aku sempat berfikir jika aku kuliah nanti mungkin aku bisa mengamen di malam hari dengan modal gitar dan harmonicaku untuk bisa mengenyangkan perutku nantinya daripada mesti minta ke orang tua lagi.

Aku masih ingat ketika aku harus memilih antara pilihan-pilihan yang kuhadapi ketika tamat dari SMA, beasiswa kuliah di IPB dengan tamatan D3 atau kuliah di Unibraw tanpa beasiswa dengan tamatan S1. Sangat banyak resiko dan peluang yang akan kubuang jika aku harus memilih. Namun, bagaimana pun setiap pilihan apapun itu pasti ada positive dan negativenya. Meski yang kupilih adalah IPB walaupun jujur aku masih takut kala itu karena membayangkan kehidupan kebun kelapa sawit yang belum pernah kubayangkan sebelumnya, tapi selalu saja bisikan hati ini menyemangatiku akan pilihan yang kuambil, aku tidak ingin merepotkan mereka dengan permasalahan biaya untukku belajar lagi. Sudah cukup aku merepotkan mereka dengan membiayai sekolahku dari TK selama 2 tahun, SD selama 6 tahun, SMP selama 3 tahun, dan SMA selama 3 tahun.

Kehidupan di perantauan pastilah beda dengan kehidupan sebelumnya. Yang dulunya kita selalu dekat dengan orang tua, mungkin hanya dua kali setahun, sekali setahun, ataupun sekali dalam dua tahun jika dalam dunia perantauan. Aku masih teringat ketika terbangun di pagi hari terkadang dibangunkan agar segera bergegas untuk berangkat ke sekolah, sebelumnya aku juga ditanya untuk menu sarapan apa yang aku inginkan di pagi hari, ketika selesai mandi baju sekolah sudah disetrika dengan rapi, sarapan pun sudah disediakan di meja makan. Tidak lupa pula uang jajan yang diberikan untukku. Sepulang dari sekolah makanan sudah tersedia, pakaian yang kotor kurendam di ember yang sudah tersedia tanpa harus repot-repot menyuci pakaian tersebut.

Dunia perantauan memanglah sangat berbeda dengan dunia sebelumnya, ketika di pagi hari terkadang jika kita telat bangun akan dibangunkan oleh orang tua, sekarang harus membiasakan diri untuk bangun sendiri, ketika ingin sarapan kita harus menyiapkan sendiri, masak nasi di malam hari terlebih dahulu ataupun membeli sarapan di luar sendiri. Ketika ingin berangkat sudah memastikan pakaian yang akan dikenakan sudah disetrika dengan rapi jika belum maka pagi itu juga harus menyetrika pakaian yang akan dikenakan. Di pagi hari itu pula terkadang kita harus menyuci pakaian kita yang kotor. Ketika pulang dari kampus makanan tidak tersedia di meja makan sehingga kita sendiri lah yang harus menyiapkannya. Dunia perantauan memang benar-benar berbeda, kita dituntut untuk bisa mandiri.

Teringat di awal masa perantauan, kala itu aku benar-benar tidak bisa memasak nasi, menyuci pakaian, dan menyetrikanya. Mungkin akan menimbulkan sedikit tawaan kecil jika mengingat hal itu. Dengan uang yang pas-pasan yang kuperoleh dari perusahaan yang memberikan beasiswa untukku, aku diuji untuk bisa memanage sebaik mungkin agar uang tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhanku. Aku berusaha untuk masak sendiri untuk menghemat biaya apalagi disini biaya makan sangat lah mahal. Hingga aku membeli rice cooker untuk memasak nasi bahkan aku menanam sayur-sayuran di depan rumah kosanku untuk lauknya. Awal-awal aku pun harus bertanya ke teman kosan untuk mengetahui cara memasak nasi yang benar. Hehehe rasa malu dibuang dulu deh, karena jujur aku belum pernah memasak nasi sebelumnya. Menanam sayuran tanpa pengalaman khusus hingga tanaman itu tumbuh dan aku pun memasaknya pun tanpa pengalaman tertentu hingga aku bertanya kepada mama bagaimana cara memasaknya hehehe maklum baru awal.

Untuk menyuci pakaian pun aku berusaha mengintip temanku yang sedang menyuci bagaimana cara dan tahapannya untuk menyuci pakaian. Karena waktu itu aku benar-benar bingung ada sabun yang bentuk serbuk dan ada yang bentuk cream, apa bedanya? Itulah yang ada di benakku. Hehehe ya karena aku malu untuk bertanya terpaksa deh mengintip saja untuk mengetahui caranya. Aku juga teringat ketika dulunya aku begitu mudah membuat pakaianku kotor dan mengganti begitu saja tanpa merasakan sulitnya menyuci pakaian itu. Alhamdulillah sekarang aku pun merasakan bagaimana rasa melihat pakaian kotor yang sangat banyak. Mama selalu mengingatkanku agar tidak bermain kotor ketika aku menggunakan pakaian putih, tapi tetap saja kulakukan. Sekarang pun aku merasakan sulitnya, maafkan aku ma.

Setelah pakaian telah dicuci aku sempat bingung bagaimana cara menyetrikanya, sempat aku mencoba sendiri untuk menyetrika pakaianku tapi gagal mulu, setiap aku menyetrika selalu saja ada bagian yang kusut. Terpaksa deh sekali lagi aku membuang rasa maluku untuk meminta temanku untuk mengajarkanku bagaiman cara menyetrika yang baik hehehe.Aku juga tidak ingin laundry pakaianku, alasannya agar aku bisa lebih menghargai uang, belajar untuk bersih, dan lebih mandiri.

Alhamdulillah sudah satu tahun lebih aku hidup di perantauan ini, merasakan lebaran tanpa orang tua, bangun sendiri, masak sendiri, mencuci pakaian sendiri, menyetrika, dan segala sesuatunya sudah kulakukan sendiri. Aku selalu diajarkan bagaimana untuk selalu hidup bersih dan rapi. Walaupun dulunya sering dimarahin gara-gara aku jarang membersihkan motor, sepatu, dan kamarku sendiri, hingga aku diomeli terlebih dahulu baru aku membersihkannya dan sekarang aku tahu manfaatnya. Sungguh benar-benar perjalanan spiritual yang membuatku menghargai uang, membuatku lebih dewasa, mengerti orang lain, mandiri, dan lain-lain. Perantauan memang hidup yang sulit tapi akan indah pada waktunya. Ada misi berikutnya yang harus kuhadapi dan kita hadapi setelah melalui masa ini. Setelah berhasil memenuhi kebutuhan diri sendiri selama kuliah ini, aku ingin memenuhi kebutuhan orang tuaku sehingga mereka tidak perlu bekerja lagi. Mudah-mudahan impian itu akan tercapai aamiin. Dunia kerja sudah menanti. Bismillah. Allah Selalu Bersama Kita.