Alhamdulillah masa SMA diberikan kesempatan untuk mengikuti lomba musikalisasi bareng Helmi, Arif, Geraldo, Leo, Reinhard, Deswhy, Rafika dan Sasa :) Masih ingatkah kalian teman-teman lagu-lagu luar biasa kita hehehe. Dan juga masa-masa izin pulang gara-gara mau ikut lomba padahal sebenarnya malas belajar juga hehe. (jangan ditiru)
Alhamdulillah 2 kali event keduanya diberikan kemenangan, sayangnya kita menemukan komposisi yang pas di kelas 3 :( jadi gak bisa berkecimpung lama. Tapi sampai sekarang aku masih ingat lagu-lagu kita teman-teman. Dimulai dari event AMUK 2011, kita membawakan lagu Di Titi Gantung Kuasah Rindu yang masih tetap ngehits hehe bersamaan juga dengan Surat Dari Ibu yang sangat puitis. Setelah itu sempat mengisi acara Gemaung Teater Enceng Gondok dengan membawakan lagu Habis Kikis, dan yang terakhir di festival TEMUGA dengan membawakan lagu Akulah Medan.
Ini semua berkat kak Ronald juga. Aku juga jadi bisa memainkan taganing walau hanya sedikit hehehe. Aransemen lagu yang dibuatnya memang keren dah. Kami pun bisa dengan mudah memolesnya lagi. Kalau lebih lama pasti banyak lagu lagi yang bisa kita buat :(
Tapi tak masalah karena itu sudah jadi kenangan yang indah. Thanks for all kawan-kawan musikalisasi puisi SMAN 4 Medan, kalian luar biasa.
Di Titi Gantung Kuasah Rindu
Karya : A. Rahim Kahar
Di titi gantung kuasah rindu
Teringat Chairil pernah menggigil
Kedinginan mesti tak jatuh hujan
Menanti Amir kandil kemerlap
Sepanjang zaman..
Entah berapa kali gerbong-gerbong tua
Langsirkan gelisah purba
Entah berapa kali kereta malam
Jeritkan peluit panjang
Alahai.. kalian belum datang jua..
Di kota ini dahulu Chairil pernah terpencil
Meradang menyebut dirinya binatang jalang
Ingin kusebut ini, kota penyair
Namun orang-orang berlomba jadi tukang sihir
Meski kalian datang hanya sejenak
Ingin rasanya kuraih sebilah sajak
Setajam runcing duri landak
Tiba-tiba loko hitam berteriak
Hingga kumpulan asap menggumpal
Melesat ke langit retak
Di titi gantung kuasah rindu
Pada guru Patimpus Sembiring Pelawi
Pemecah tonggak Medan Putri
Juga pada Tengku Amir di pesisir
Meski gerbong tua tak lagi menjerit
Ingin terus kupanggil Chairil dan Amir
Biar kota ini disebut kota penyair..
Surat Dari Ibu
Karya : Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke dunia bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
Padamu Jua
Karya : Amir Hamzah
Habis Kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
Akulah Medan
Karya Teja Purnama
Akulah Medan Cinta yang menjelma kota Saat Guru dan putri Brayan
menyatu jiwa di pernikahan alir Deli dan Babura
Akulah Medan Cinta yang membasuh ambisi ketika kolok menyilakan kecik
menyuburkan harapan ditanah kebaikan
Jangan harap kubuang kenangan yang terus berbinar
disayap kupu-kupu dan senja itu
Walau siang malam orang-orang berperang dengan uang atau parang
seperti dendam yang tak kunjung padam-padam
Aku tetaplah Medan
Walau orang-orang melukis kelamin dengan darah perawan
disetiap zebra cross, traffic light, papan tulis sekolah,kampus,gedung dewan,kantor polisi, plaza , mal, koran
Aku tetaplah Medan
Walau kau lahap tanah-tanahku
Walau kau hisap sungai-sungaiku
Aku tetaplah Medan..
Inilah aku
Cinta yang kini memanggul kota ribuan kotak
mendaki gunung sampah abad digital
menyusuri lembah sejarah tak berwajah
terpuruk di batang Trembesi Lapangan Merdeka
merindukan Guru menyembuhkan luka
yang terus berdetak-detak di jantungku
pergi ke dunia bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
menyatu jiwa di pernikahan alir Deli dan Babura
Akulah Medan Cinta yang membasuh ambisi ketika kolok menyilakan kecik
menyuburkan harapan ditanah kebaikan
disayap kupu-kupu dan senja itu
Walau siang malam orang-orang berperang dengan uang atau parang
seperti dendam yang tak kunjung padam-padam
Aku tetaplah Medan
disetiap zebra cross, traffic light, papan tulis sekolah,kampus,gedung dewan,kantor polisi, plaza , mal, koran
Aku tetaplah Medan
Walau kau hisap sungai-sungaiku
oh iya ada satu lagi personilnya "Reinhard", maaf ya Reinhard keselip tadi :)
BalasHapusbagi yang ingin melihat videonya hehehe, musikalisasi puisi "Akulah Medan" http://www.youtube.com/watch?v=BG_9cKQREmE
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKak juul, di ralat, bukannya habis kikis itu judulnya padamu jua ya? :D
BalasHapusKak Juuul terima kasih yaa. Lagi nyari-nyari puisi ini buat tugas sastra akhirnya ketemu jugaa:'')
BalasHapushehehe iya sama-sama :)
Hapusjulius masih nyimpan videonya gak yang di titi gantung kuasah rindu?
BalasHapusGak ada lagi kak ron videonya..
HapusGak ada lagi kak ron videonya..
Hapus