Senin, 16 Desember 2013

Musikalisai Puisi SMA Negeri 4 Medan

Alhamdulillah masa SMA diberikan kesempatan untuk mengikuti lomba musikalisasi bareng Helmi, Arif, Geraldo, Leo, Reinhard, Deswhy, Rafika dan Sasa :) Masih ingatkah kalian teman-teman lagu-lagu luar biasa kita hehehe. Dan juga masa-masa izin pulang gara-gara mau ikut lomba padahal sebenarnya malas belajar juga hehe. (jangan ditiru)


Alhamdulillah 2 kali event keduanya diberikan kemenangan, sayangnya kita menemukan komposisi yang pas di kelas 3 :( jadi gak bisa berkecimpung lama. Tapi sampai sekarang aku masih ingat lagu-lagu kita teman-teman. Dimulai dari event AMUK 2011, kita membawakan lagu Di Titi Gantung Kuasah Rindu yang masih tetap ngehits hehe bersamaan juga dengan Surat Dari Ibu yang sangat puitis. Setelah itu sempat mengisi acara Gemaung Teater Enceng Gondok dengan membawakan lagu Habis Kikis, dan yang terakhir di festival TEMUGA dengan membawakan lagu Akulah Medan. 


Ini semua berkat kak Ronald juga. Aku juga jadi bisa memainkan taganing walau hanya sedikit hehehe. Aransemen lagu yang dibuatnya memang keren dah. Kami pun bisa dengan mudah memolesnya lagi. Kalau lebih lama pasti banyak lagu lagi yang bisa kita buat :(

Tapi tak masalah karena itu sudah jadi kenangan yang indah. Thanks for all kawan-kawan musikalisasi puisi SMAN 4 Medan, kalian luar biasa.







Di Titi Gantung Kuasah Rindu
Karya : A. Rahim Kahar

Di titi gantung kuasah rindu
Teringat Chairil pernah menggigil
Kedinginan mesti tak jatuh hujan
Menanti Amir kandil kemerlap
Sepanjang zaman..

Entah berapa kali gerbong-gerbong tua
Langsirkan gelisah purba
Entah berapa kali kereta malam
Jeritkan peluit panjang
Alahai.. kalian belum datang jua..

Di kota ini dahulu Chairil pernah terpencil
Meradang menyebut dirinya binatang jalang
Ingin kusebut ini, kota penyair
Namun orang-orang berlomba jadi tukang sihir

Meski kalian datang hanya sejenak
Ingin rasanya kuraih sebilah sajak
Setajam runcing duri landak
Tiba-tiba loko hitam berteriak
Hingga kumpulan asap menggumpal
Melesat ke langit retak

Di titi gantung kuasah rindu
Pada guru Patimpus Sembiring Pelawi
Pemecah tonggak Medan Putri
Juga pada Tengku Amir di pesisir
Meski gerbong tua tak lagi menjerit
Ingin terus kupanggil Chairil dan Amir
Biar kota ini disebut kota penyair..



Surat Dari Ibu
Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke dunia bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"



Padamu Jua
Karya  : Amir Hamzah

Habis Kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.

Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.

Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.



Akulah Medan
Karya Teja Purnama

Akulah Medan Cinta yang menjelma kota Saat Guru dan putri Brayan
menyatu jiwa di pernikahan alir Deli dan Babura
Akulah Medan Cinta yang membasuh ambisi ketika kolok menyilakan kecik
menyuburkan harapan ditanah kebaikan
Jangan harap kubuang kenangan yang terus berbinar
disayap kupu-kupu dan senja itu
Walau siang malam orang-orang berperang dengan uang atau parang
seperti dendam yang tak kunjung padam-padam
Aku tetaplah Medan
Walau orang-orang melukis kelamin dengan darah perawan
disetiap zebra cross, traffic light, papan tulis sekolah,kampus,gedung dewan,kantor polisi, plaza , mal, koran
Aku tetaplah Medan
Walau kau lahap tanah-tanahku
Walau kau hisap sungai-sungaiku
Aku tetaplah Medan..
Inilah aku
Cinta yang kini memanggul kota ribuan kotak
mendaki gunung sampah abad digital
menyusuri lembah sejarah tak berwajah
terpuruk di batang Trembesi Lapangan Merdeka
merindukan Guru menyembuhkan luka
yang terus berdetak-detak di jantungku

9 komentar:

  1. oh iya ada satu lagi personilnya "Reinhard", maaf ya Reinhard keselip tadi :)

    BalasHapus
  2. bagi yang ingin melihat videonya hehehe, musikalisasi puisi "Akulah Medan" http://www.youtube.com/watch?v=BG_9cKQREmE

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Kak juul, di ralat, bukannya habis kikis itu judulnya padamu jua ya? :D

    BalasHapus
  5. Kak Juuul terima kasih yaa. Lagi nyari-nyari puisi ini buat tugas sastra akhirnya ketemu jugaa:'')

    BalasHapus
  6. julius masih nyimpan videonya gak yang di titi gantung kuasah rindu?

    BalasHapus