Selasa, 23 Juni 2015

My Superhero

Dia berbeda dengan yang lain..
Dia punya banyak kekurangan tidak seperti yang lain..
Superheroku tak sama seperti superheromu..
Mungkin superheromu adalah seseorang yang bisa menjadi teman curhatmu, pelindungmu, panutanmu, gurumu, dan yang lain.

Superheroku bukan seseorang superman yang dipuja banyak orang, ia bukan seorang ironman yang tahan banting, ia juga bukan seorang captain america yang bisa melindungi siapapun.

Superheroku adalah papa. Papa bukanlah orang yang sempurna. Ia mungkin berbeda dengan orang tua yang lain. Ia orang yang egois, tidak mau kalah, tidak bisa dibantah, emosian, kurang peduli, dll. Ntahlah aku terkadang sedih dengan sifat asli papa. Aku sebagai anaknya bingung harus berbuat apa agar dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Membuat mama menangis, itupun sudah pernah dia lakukan, emm keharmonisan keluarga pun apa adanya. Iri pasti ada ketika melihat keluarga teman dimana dalam satu keluarga mereka begitu kompak, akrab, peduli, sedangkan keluarga kami ya apa adanya.

Tapi aku telah berjanji dalam hidup ini untuk selalu bersyukur akan keluarga yang kumiliki saat ini. Baik dan buruk mereka bukan masalah. Satu kata kunci saja "SAYANG". Itu sudah cukup menjawab alasan kenapa aku takkan pernah mengeluh akan keadaan ini.

Usia yang semakin menua, rambut yang semakin memutih, tenaga yang semakin berkurang, emm ntah kenapa aku begitu sedih akan keadaan itu. Apalagi setiap kali kutemui orang yang mirip sepertimu, ataupun aktor-aktor film Mandsrin yang ada di TV yang mirip sepertimu, ingin rasanya air mata ini keluar. Dengan mata sipit, rambut putih, plus celana pendek bahan yang khas, huaah selalu terbayang dirimu.

Aku ingat dimana kau sering mengajakku jalan di masa kecilku, menemanimu kala bermain badminton, setelah itu membelikanku nasi goreng di tempat langganan kita. Kau pun tak lupa membelikkan martabak favoritku ketika aku tak selera makan. Aku ingat dimana kau selalu menemaniku dalam setiap pertandingan sepakbolaku, dimana pun itu. Kau juga tahu ketika sepatu bolaku mulai rusak, kau pun membelikkan hadiah berupa sepatu bola. Sungguh aku tak berani memintanya karena bagiku itu bukanlah harga yang murah.

Oh papa, aku teringat ketika kita sempat tak berbicara gara-gara buah manggis. Betapa bodohnya aku, kenapa aku begitu memaksakan diri waktu itu agar dibelikkan buah manggis hingga kita seperti bermusuhan saat itu. Aku harap itu terakhir kalinya kau memarahiku.

Ketika aku akan berangkat meninggalkan kota Medan menuju perantauanku dalam menuntut ilmu, mama cerita kalau kau menangis ketika aku pergi, walaupun ketika bertemu denganku tak berani kau tampakkan air mata itu.

Mama juga bercerita, ketika aku menasihatimu untuk tidak melakukan perbanyakkan uang dengan hal yang bodoh, kau pun menangis, walau di depanku kau tak berbicara apa-apa. Aku ikut terharu ketika hatimu terketuk dengan kata-kataku.
Keluarga kita mungkin bukanlah orang yang berada, tapi dengan apa yang kupunya sekarang, sungguh kau tak perlu cemas akan material yang harus kau sediakan untukku lagi hingga kau melakukan hal-hal yang tak seharusnya. Karena insyaAllah aku bisa mencukupi biaya kuliah dan hidupku di perantauan.

Akhir tahun kemarin, aku pun beranjak satu tingkat lagi ke dunia kerja. Kalimantan. Aku tahu kau cemas, tapi inilah dunia yang telah kupilih. Kau mungkin tak pernah sejauh ini denganku, tapi tetaplah yakin aku akan baik saja.

Setelah bekerja, aku berkomitmen untuk membalas budi baik kalian kepadaku, kusisihkan sebagian gajiku untuk kalian. Kau menolak, aku tau pasti kau menolak, walaupu sebenarnya kau membutuhkannya. Lagi-lagi mama bercerita kau menangis, terharu akan yang kulakukan ini. Di hari ulang tahunmu, aku mengirimkan sesuatu untukmu dan kau tak berani mengucapkkan terimakasih padaku lalu kau meminta mama untuk menyampaikannya.

Pa, kau mungkin tak pernah bisa mengatakan ungkapan cinta kepadaku, tapi kutau cintamu sungguh besar, kau tampak tegar didepanku walau sebenarnya kau ingin menangis, tapi karena kau takut aku khawatir kau pun menangis dalam kegelapan.
Tulisan ini kutulis karena bentuk kerinduanku padamu, mudah-mudahan kau selalu sehat disana, izinkan aku agar selalu bisa menghadirkan senyuman di wajahnu. You're my superhero pa..

Senin, 22 Juni 2015

Do The Best!!

Takkan ada yang tahu apa yang terjadi besok.. bahkan beberapa jam, menit, atau detik kemudian.. Tetap lakukan hal-hal terbaik yang bisa kita lakukan hari ini.. Eh Bukan!!! Harusnya lakukan hal-hal terbaik yang bisa kita lakukan sekarang.

Jangan menunda-nunda kebaikan, jangan hanya di angan saja atau di bibir saja. Aplikasikan langsung!! Niat baik jangan ditunda-tunda.

Karena kita takkan tau sampai kapan nafas ini akan berhembus, banyak hal-hal bermanfaat yang harus kita lakukan. Masih banyak senyuman yang harus kita hadirkan, masih banyak air mata yang harus kita usap, dan masih banyak hati yang harus kita sembuhkan.

Sungguh aku, kau, dan kita, takkan ada yang sempurna, tapi bukan berarti kita terus pasrah akan ketidak sempurnaan kita. Ketidak sempurnaan tak seharusnya menjadikan diri kita lemah, karena sejatinya Allah telah menciptakan suatu kelebihan yang bisa menutup kekurangan-kekurangan tersebut.

Lihatlah kebawah agar kita selalu bersyukur, dan lihatlah ke atas agar kita selalu termotivasi untuk terus memperbaiki diri dan terus maju..
You can do it if you believe..!!
Man Jadda Wajada..

Senin, 01 Juni 2015

Gelap dan Terang

Lilin ini kembali hidup di kegelapan malam..

Tak tau sampai kapan dan bagaimana bisa..

Tiupan sudah kuhembuskan.. hus... sudah sejak lama saat itu.
.
Terbiasa aku dengan kegelapan..

Kegelapan sungguh indah, aku tak perlu menutup mukaku karena tangisan..

Biarlah begini, suara nyaring malam hari cukup menemaniku, menghiburku..

Aku tertawapun tak ada yang tahu, itu sungguh lebih baik.

Aku sudah terbiasa dalam terangnya cahaya, tapi itu sungguh sakit.

Aku tak tahan, bagimu mungkin indah, tapi tidak bagiku..

Matikan!! Matikan!! Matikan cahaya itu..

Biarlah begini.. biarlah tetap begini..

Ia yang tak kutau ntah dari mana kini menghidupkan lilin yang telah lama kupadamkan..

Berulang kali kucoba untuk padamkan tapi tak bisa.. aku tak bisa.. tak bisa bukan karena aku tak mampu, entahlah..
Ia mengajarkan ku indahnya terang tapi tak mengajarkanku buruknya kegelapan.. oh.. aku benci ini..
aku belum siap untuk itu.. tapi aku tetap ingin kau mengajarkanku indahnya terang walau aku tak bisa menciptakan terang..