Kamis, 03 November 2016

Kepemimpinan Dalam Islam

Alhamdulillah sudah masuk awal November. Yaps, ini bakal jadi tulisan pembuka di bulan ini. Hehehe. Ya Allah semoga bisa tetap istiqomah menulis, walau tulisan tak sebanding dengan penulis-penulis hebat disana. Paling tidak keinginan berbagi sesuatu dan ingin menebar manfaat sebanyak-banyaknya buat yang lain tetap ada dalam hati ini.

Kepemimpinan Dalam Islam.
(Ustadz Mizan Qudsiyah)

Kali ini ingin berbagi apa yang telah disampaikan sang ustadz tentang kepemimpinan. Apalagi akhir-akhir ini sangat banyak kicauan-kicauan luar biasa tentang kepemimpinan di negara tercinta ini. Ada negatif ada positif, ada saling sikut, ada saling menopang, dll. Ya tapi tulisan ini akan berbicara tentang sisi lainnya dari polemik kepemimpinan yang lagi hot saat ini hehehe.

Pada zaman sekarang ini banyak sekali perselisihan dan perdebatan yang tak habis-habis untuk dibahas. Si A berkata yang ini, si B berkata yang itu, si C berkata bukan yang ini ataupun itu, dsb. Keegoisan, percaya diri yang tinggi hingga bermuara pada perasaan kalau dialah yang paling benar pun bermunculan di muka bumi. Astaghfirullah.

'Alaikum bi sunnah.

Kembalikan semuanya ke sunnah, sudah clear, tak perlu dipermasalahkan.

Pada zaman Rasulullah saw, proses pemilihan pemimpin berbeda dengan saat ini. Proses pemilihan pemimpin ada 2 cara waktu itu. Yang pertama adalah penunjukan pemimpin oleh pemimpin yang saat itu menjabat. Ini terjadi ketika Abu Bakar menunjuk Umar bin Khattab untuk menjadi khalifah berikutnya. Yang kedua adalah penunjukan pemimpin oleh sekelompok orang. Ini terjadi ketika Umar menunjuk 6 orang pada saat itu untuk memilih pemimpin berikutnya yaitu Utsman.

Proses pemilihan tersebutlah yang dijalankan kala itu dan merupakan metode syari'i yang sebenarnya harus diterapkan. Pada saat ini bisa dikatakan pemilihan kita tergolong pemilihan yang tidak syari'i atau disebut keterpaksaan.

Tapi...

Ada satu hal yang sebagian orang melupakannya. Ketaatan kita kepada Ulil Amri (Pemimpin) merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasulnya. Telah dijelaskan dalam Surat An-Nisa:59 untuk kita agar menaati pemimpin.

Pemimpin adalah sosok yang harus kita taati kecuali dalam hal kemaksiatan. Memang benar taatnya kita kepada pemimpin merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi ingat dalam perbuatan ma'ruf bukan kemaksiatan.

Kita tidak boleh membangkang terhadap seorang pemimpin. Taatilah dia, terlebih dalam kebaikan.

"Terus kalau dia pemimpin yang mengarahkan kita pada kemaksiatan?"

Kita boleh melakukan kudeta terhadapnya. Dan harus kita ingat, dikarenakan banyaknya mudharat yg ditimbulkan dari suatu kudeta, kudeta adalah opsi terakhir untuk itu.

"Menasehati pemimpin"

Kita berhak atau menyampaikan apa yang harusnya disampaikan ke pemimpin kita. Tapi siapa yang ingin menasehati pemimpin /penguasanya, menasehatinya dengan cara empat mata atau tanpa terang-terangan di depan umum adalah pilihan dan cara terbaik untuk itu.

"Siapa yang melihat kemungkaran, cegahlah dengan tangan kalian, jika tidak bisa cegahlah dengan lisan kalian, jika tidak bisa juga, cegahlah dengan hati kalian, dan itu adalah selemah-lemah iman".

"Sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai kalian & kalian mencintainya, yang menghormati kalian & kalian menghormatinya".

Beberapa ucapan Rasulullah kepada kaummnya yang diriwayatkan oleh beberapa hadits yang seharusnya bisa menjadi intropeksi bagi kita semua dalam problematika kepemimpinan saat ini.

Ketika pemimpin kita adalah seorang muslim, bencilah amalannya jika dia melakukan sesuatu yang salah, tapi bukan orangnya, dan tetap taati dia karena dia adalah pemimpin kita selagi dalam koridor yang bukan kemaksiatan.

Ketika pemimpin kita adalah seorang non muslim, banyaklah beristighfar, karena tidak Allah beri kekuasaan kepada orang kafir melainkan karena orang muslim itu sendiri.

Sahabat-sahabatku, sungguh banyak kita saat ini terlalu banyak meminta kepada pemerintah, tahunya hanya mengomentari saja, tanpa ada action yang jelas. Stop terlalu banyak meminta pada pemerintah tapi mintalah pada Allah. Sungguh Allah sangat senang ketika umatnya datang kepadaNya dengan segala macam permintaan, terus kenapa ragu minta kepada Allah, Allah tak pernah membatasi permintaan umatnya.

Bismillah, semoga tulisan ini bermanfaat untuk semuanya, ambil positifnya, buang negatifnya. Ini hanya sedikit pemikiran kecil dari saya dari ceramah yang saya tonton di youtube. Maklum jauh dari peradaban hingga sulit untuk mendatangi majelis-majelis ilmu.

Bersiap menuju aksi 4 November.
Semoga tidak terprovokasi akan tindakan-tindakan anarkis.

Sungai Tawang, 3 November 2016.
Kalimantan Barat.
Julius Tan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar