Rabu, 09 Januari 2019

Memberi Manfaat

Day 3 - @30haribercerita

Melanjutkan cerita saya sebelumnya di Day 2 - @30haribercerita, saya ingin sharing bagaimana kita belajar untuk terbiasa memberi manfaat kepada orang di sekitar kita.

Berdasarkan pengamatan  Dr. Maxwell Maltz, manusia memerlukan waktu sekitar tiga minggu atau 21 hari untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan-perubahan di dalam hidup. Inilah yang sering kita dengar, bahwa kita harus mengulang pekerjaan sebanyak 21 hari secara terus menerus untuk menciptakan kebiasaan.

Menurut Witherington dalam kutipan Djaali adalah “an acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic”, kebiasaan merupakan cara bertindak
yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

Ada penelitian terbaru dari Phillippa Lally dari University College London yang dipublikasikan dalam European Journal of Social Psychology. Ternyata waktu yang diperlukan untuk menciptakan habit itu bervariasi tergantung tingkat kesulitan perilaku yang diinginkan, kurang lebih antara 21 hari-66 hari (sekitar 2 bulan) waktu yang ditetapkan menjadi batas yang universal.

Saya coba melampirkan beberapa sumber yang saya baca tentang menciptakan habit. Intinya semuanya ada di diri kita, ada dalam hati kita, terkadang sesuatunya harus dipaksa untuk meciptakan kebiasaan itu.

Saya sebelumnya tidak terbiasa dengan membaca Al Qur'an 1 hari 1 juz, namun karena ikutan grup ODOJ, kita secara alami perlahan mampu mengikuti, karena termotivasi satu sama lain, dan kadang sedikit terpaksa karena malu melihat teman-teman yang lain bisa, kenapa saya tidak bisa. Jadi seolah saya baca Qur'an karena terpaksa di dalam grup ODOJ bukan karena Allah. Namun memang semuanya harus dipaksa, coba kita keluar dari grup itu, pasti bacaan kita mulai tidak teratur.

Begitu juga dalam membiasakan diri memberi manfaat untuk orang banyak, semua itu harus dipaksa, semua itu harus dimulai dari hati, dan harus dijadikan gaya hidup. Pergi berangkat kerja pasti melewati mesjid, ada disitu kotak infaq, jangan lewatkan 1 haripun untuk bersedekah, 2 ribu aja 1 hari, insyaAllah nggak berat kok. InsyaAllah jadi kebiasaan.

Gaya hidup baru, gaya hidup berbagi, gaya hidup bermanfaat untuk orang lain.

#30HariBercerita #HBC1903



Rabu, 02 Januari 2019

Sudahkah Kita Bermanfaat Untuk Orang Lain Hari Ini

Day 2 - @30haribercerita

Kadar emas adalah karat, kadar manusia adalah manfaat. Lalu sudah bermanfaatkah kita untuk orang lain hari ini?

Menurut saya, pertama kali yang harus kita lakukan adalah hal yang bermanfaat untuk diri kita sendiri dahulu. 

"Apakah hal yang kita lakukan adalah hal yang bermanfaat?" 

"Seberapa bermanfaatkah hal yang kita lakukan itu untuk diri kita sendiri?"

Jangan-jangan kita melakukan sesuatu hal yang malah merugikan diri sendiri bahkan melukai diri kita. Kita membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna sama sekali atau hanya kesenangan dan kepuasan semata. Jujur saya sesekali masih sadar melakukan hal-hal yang saya rasa tak perlu, tapi tetap saya lakukan, padahal itu tak bermanfaat untuk saya sama sekali. Mudah-mudahan di 2019 ini kita bisa lebih baik.

Lalu, setelah kita belajar dan mecoba meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk kita, baru kita masuk ke pertanyaan berikutnya,

"Sudahkah kita bermanfaat untuk orang lain?".

Lakukanlah sesuatu dari yang kecil, yang bermanfaat untuk orang. 

"Apa itu?".

Saya coba sharing beberapa contoh untuk kita coba bersama,
1. Bersedekahlah sesering mungkin walau nilainya kecil,
2. Tepat waktu dan tidak ingkar jika berjanji,
3. Mengucapkan "tolong" jika membutuhkan bantuan dan "terima kasih" ketika telah dibantu,
4. Sering sharing dan tidak pelit ilmu,
5. Merapikan tempat tidur dan mencuci piring sendiri,
6. Mudah tersenyum,
7. Membuang sampah pada tempatnya,
8. Menyapa dan berjabat tangan,
9. Memungut sampah mengganggu yang ada di jalan,
10. Menawarkan tumpangan,
11. Menjadi pendengar yang baik,
12. Memberikan pakaian-pakaian yang tidak kita gunakan ke yang membutuhkan,
13. Membiasakan budaya antri/ mendahulukan seseorang yang lebih terdesak,
14. Mempersilahkan wanita atau orang yang lebih tua untuk duduk di fasilitas umum,
15. Mudah memaafkan orang,
16. Meminjamkan barang-barang kecil seperti pena ke teman,
17. Berbagi bekal atau makanan yang kita punya,
18. Menjenguk teman yang sakit,
19. Menghibur teman yang terkena musibah,
20. Saling memberi hadiah,
21. Suka mendonorkan darah,
22. Suka menjadi relawan kegiatan sosial,
23. Untuk para perantau, seringlah memberi kabar ke orang tua,
24. Membuatkan secangkir kopi atau teh kepada keluarga kita,
25. Membawakan sedikit makanan untuk keluarga di rumah sepulang kerja,
26. Membaca buku cerita atau buku kesukaan anak sebelum tidur,
27. Mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga dan sahabat,
28. Membantu menyeberangkan orang tua/anak-anak di jalan
29. Gotong royong
30. Jangan menunda/berfikir panjang untuk berbuat baik.

Spesial 30 hari bercerita, saya coba sharing 30 hal yang bisa kita lakukan untuk memberi manfaat kepada orang-orang di sekitar kita.
‌#30HariBercerita #30HBC1902




Smarthphone Atau Stupidphone

Day 1 - @30haribercerita

Sudah seberapa manfaat benda berbentuk kotak kecil yang selalu kita bawa-bawa setiap hari, ke rumah, ke sekolah, ke kampus, ke mall, ke pasar, bahkan benda itu sampai tak mau kita lepaskan walau kita ke kamar mandi?? Itu fakta yang kita hadapi saat ini. Seorang anak balita saat ini akan menangis jika dia tidak memegang hp ibu atau ayahnya. Sebegitu berartinya kah benda kecil itu. Seri terbaru akan menjadi incaran para generasi milenial karena takut ketinggalan tren. Padahal perkembangannya tak ada habisnya, dan keinginan manusia untuk memperbaharuinya pun tak ada habisnya.

"Smartphone", benda berbentuk kotak yang sudah jadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Kata itu sudah tak asing bagi semua orang, bagi berbagai macam generasi dari bayi hingga mereka yang sudah memasuki usia tua. Orang akan merasa gelisah jika tak memegang benda tersebut sebentar saja, bahkan hidup serasa hampa tanpanya.

Smartphone terdiri dari kata "smart" dan "phone", atau bisa diartikan telepon yang pintar. Semua yang kita butuhkan saat ini ada disitu. Berinteraksi dengan orang melalui pesan, suara, gambar, video, semuanya bisa dilakukan. Jika kita jenuh, kita punya berbagai macam permainan di dalamnya. Akses internet yang mudah juga kita dapatkan. Berbagai informasi bisa secepat mungkin kita dapatkan, begitu juga ilmu baru, hal-hal yang tidak kita ketahui, dll. Semuanya tersedia lengkap dalam benda kecil tersebut.

Beberapa hari yang lalu saya juga mendownload salah satu aplikasi dimana didalamnya ia seperti alarm akan ibadah kita. Ketika beberapa menit memasuki waktu sholat, dia mengingatkan kita. Lalu dia menanyakan kita apakah sudah melakukan sholat dhuha pada hari itu, di malam hari kita diminta untuk setor ibadah apa saja yang sudah kita lakukan dalam hari itu. MasyaAllah, begitu pesat perkembangaan smartphone saat ini.

Namun, sudah berapa bermanfaatkah benda itu dalam kehidupan kita. Sudahkah kita manfaatkan sebaik mungkin. Sudahkah kita gunakan di jalan yang benar. Atau benda itu kita miliki hanya sekedar gengsi, hanya untuk bermain game semata, hanya karena ingin sesering mungkin berselancar di dunia maya, atau malah untuk berbuat kejahatan. Itu semua kembali kepada kita.

Di dalam smartphone tersedia kamus semua bahasa, semua pengetahuan yang mungkin tidak ada di buku pelajaran kita, semua resep memasak, semua motivasi-motivasi dalam hidup, semua tips dan cara untuk memulai bisnis, semua berita terbaru dan terhangat, semua ilmu agama dan Al Quran, semua transaksi super cepat ada di dalamnya mulai dari kita bangun, kita berpergian, kita berbelanja, kita makan, semua tinggal klik di smartphone kita.

Dan pada akhirnya, jika smartphone-mu tidak membuatmu semakin "smart", tidak mendekatkan dirimu pada Allah, tidak menggapai impianmu yang baik, tidak menyelasaikan studimu dengan gemilang, tidak membuatmu semakin berbakti kepada orang tua, dan tidak menshalehkan dirimu, barangkali yang kamu miliki bukan "SMARTPHONE" namun STUPIDPHONE".

#30HariBercerita #30HBC1901



Senin, 31 Desember 2018

Orang Tua

Orang tua, dulu sewaktu membangun rumah tangga, memulainya dengan tidak mudah bahkan beberapa kali mengalami kekurangan. Hingga bisa berada dalam kondisi saat ini, mereka menempuh waktu yang lamanya lebih dari usiaku sekarang. Kini saat kita ingin memulai rumah tangga sendiri, dengan kondisi yang tidak sama persis, tapi paling tidak sama-sama tidak mudah, kenapa ukuran kesiapan itu juga berubah padahal dulu mereka tahu bahwa apa yang dimiliki sekarang adalah perjuangan bersama. Kini, saat ingin memulai perjalanan kita sendiri, mereka cemas dan khawatir, melebihi kekhawatiran kita sendiri. Kini, saat saya sudah menjadi orang tua, saya paham bagaimana memperlakukan anak-anakku nanti ketika mereka ingin memulai "cerita"nya. Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang luas kepercayaan dan keberaniannya. Yang luas keyakinan dan ketenangan hatinya. Agar saat nanti melepas mereka, kita benar-benar paham jika anak itu adalah titipanNya. Bukan milik kita seutuhnya." (Kurniawan Gunadi). Semoga kita menjadi orang tua yang lebih baik setiap harinya


Minggu, 30 Desember 2018

Saling Terikat

Kita saling terkait dengan cara-cara yang sulit kita pahami. Pertemuan kita dengan seseorang. Perasaan kita terhadap seseorang. Kehilangan kita atas seseorang. Bahkan untuk hal-hal di luar pertemuan, tidak saling kenal tapi membaca tulisan-tulisannya. Hidupmu berubah. Selalu ada kaitan yang mungkin baru akan kita pahami nanti, entah kapan. Barangkali, hanya bisa didapatkan oleh mereka yang bersedia utk merenungi hikmahnya. Menyerap kesedihan dan kebahagiaan sebagai bagian dari proses hidup. Entahlah, apakah kamu pernah menghitung berapa banyak manusia yang kamu temui baik sengaja maupun tidak selama satu hari? Di begitu banyak pertemuan itu, di rumah, di jalan, di angkot, di kampus, di warung, di masjid, dimanapun. Kamu tidak mengenal mereka, tapi berpapasannya kamu dengannya hari itu telah mengubah hidupmu, mungkin juga hidupnya… (@kurniawan_gunadi)


Sabtu, 29 Desember 2018

Puteriku

Puteriku, lebih penting untuk mengajarkanmu tentang bagaimana kamu menjadi lebih peka memahami sekitar, memahami keadaan, memahami peran, memahami manusia lain, dan melakukan sesuatu setelahnya. 

Ayah tidak akan mengajarkanmu untuk bagaimana kamu bisa dikenal banyak orang, menjadi tenar, populer, dan dipuja banyak orang. 

Ayah juga akan mengajarkanmu untuk menyelami dunia, tidak hanya hidup dipermukaannya. Mudah bagi kita untuk hidup bahagia, aman, dan tentram yaitu dengan cara memikirkan diri kita sendiri saja. 

Tapi tidak dikeluarga kita, ayah akan mengajakmu menyelami dunia ini. Itu berarti kita akan belajar menyelam tidak hanya berenang, belajar menghadapi tekanan juga hal-hal tak terduga di kedalamannya. Intinya, hidup kita mungkin tidak akan lebih mudah dari yang lain. Tapi itu berarti kita akan mampu memahami dunia ini beserta isinya. 

Boleh jadi dunia ini riuh di permukaannya saja, tawa canda dan segala sesuatunya akan terasa semu saat kita bisa menyelami dalamnya, makna yang sebenarnya. Kita akan menemukan banyak hal, menemukan makna, dan mengerti jika kehidupan ini tidak hanya untuk mencari keselamatan sendiri. @kurniawan_gunadi 

Setelah Pernikahan

Setelah pernikahan, tak semua barangkali sesuai yang kita bayangkan sebelumnya. Akan ada hal-hal yang membuat kita merasa bangga berlebihan. Akan ada hal-hal yang membuat kita kecewa. Di sanalah kalian diuji untuk tetap setia pada janji. Cinta pada dasarnya tak punya bentuk, rasa, warna. Tetapi sebenarnya kita tetap bisa meraba juga menatapnya. Kadang-kadang, cinta hanya perlu seikat bunga, sebuah ucapan ucapan, pelukan atau semacam perayaan sederhana. Maka menjelmalah ia menjadi senyum atau airmata yang hanya punya satu nama: Kebahagiaan. (Fahd Pahdepie - Rumah Tangga). Buku rekomendasi buat yang akan menjalani ataupun sedang menjalani rumah tangga.