Alhamdulillah
sudah hampir 2 bulan terlewati petualangan di kebun ini. Beginilah kehidupan
kebun jika aku ditanya, sulit dari sinyal, jauh dari keramaian, dan jauh dari
kota bahkan jalan raya.
Jadi apa tidak
bosan jul? Emm pasti ada masanya bosan sih sebenarnya hehehe. Betah jul? Ya
dibetah-betahin lah walaupun gak betah hehehe. Tapi Alhamdulillah selain
bedanya dunia yang kuhadapi sekarang, aku punya penyemangat disini, merekalah
yang bisa membuatku melepaskan kepenatan di kebun, tempatku bercerita dan
tertawa. Ya mereka adalah anak-anak yang kutemui di mesjid yang ada disini.
Mungkin mereka
sudah ditakdirkan bertemu denganku kali ya hehehe. Suatu hal yang tidak terduga
ketika aku menyelesaikan tilawahku di ODOJ waktu itu, mereka mendatangiku
merasa ada orang baru dan aneh. Mencoba berkenalan denganku, bercerita, hingga
lama kelamaan mereka memintaku untuk mengajari mereka mengaji di saat Pak
Ustadz berhalangan hadir waktu itu.
Jujur sebenarnya aku masih belum merasa pantas untuk berbagi ilmu
mengenai ayat-ayatNya, tapi disini pula aku belajar memantaskan diri untuk bisa
berdakwah dengan membaca dan mengajarkan ayat-ayatMu ya Allah.
Ketika kuliah
aku sempat berfikir untuk menjadi seorang guru sambil menambah pemasukanku
untuk makan sehari-hari, namun hal tersebut tidak tercapai karena banyak hal.
Aku benar-benar ingin menjadi seorang guru kala itu untuk bisa berbagi ilmu dan
juga menambah ilmu sendiri. Karena cara paling mudah untuk menambah ilmu adalah
berbagi ilmu. Namun, kegagalanku kala itu dibalas oleh Allah disini, bukan
sebagai seorang guru yang mengajarkan muridnya untuk bisa lulus ujian, UN atau
SNMPTN, tapi Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk mengajarkan sesuatu
yang lebih disukai olehNya, Alhamdulillah, semoga kesempatan ini bisa
dimaksimalkan sebaiknya bukan semata untuk uang di dunia, tapi pahala di
akhirat. J
Aku sangat
bersyukur telah masuk ke jalan dakwah ini, mungkin aku bukanlah orang yang
mendapatkan sekolah khusus ataupun belajar intensif dalam mengaji seperti anak
yang lain. Bahkan ketika SMA pun bacaanku masih belepotan. Buta huruf Qur’an di
masa laluku takkan kubiarkan terjadi untuk mereka. Mereka punya kesempatan dan
aku akan beri mereka semuanya agar bisa memanfaatkan kesempatan itu.
Belajar bersama
mereka, bercerita, mengajarkan sesuatu yang membuat mereka tertarik akan Islam,
Alhamdulillah mereka pun mulai menerimaku dan aku benar-benar merasa diterima
disini.
Jika ditanya
seneng tidak disana? Sungguh aku merasa senang karena mereka. Aku selalu
menanti sholat magrib untuk bisa bertemu mereka, malah aku merasa sedih ketika
datang malam Jumat, karena malam itu dipastikan aku tidak bertemu dengan mereka
karena mereka libur mengaji di malam Jumat hehehe. Pokoknya waktu yang selalu
kunanti selain jam main bola, adalah mengaji dengan mereka. Benar-benar aku
senang bisa menjadi guru ngaji untuk mereka, sekalian persiapan untuk ngajar
ngaji kalo udah punya, *eh hehehehe. Maklum terlalu terobsesi. Tapi sebenarnya
guru ngaji terbaik bagi seorang anak adalah ayahnya sendiri loh, jadi untuk
calon ayah harus belajar ngaji tanpa kenal umur supaya bisa ngajar anaknya
nanti.
Suatu hal yang
sangat membuatku sayang dengan mereka adalah semangat belajar mereka. Ada yang
ingin jadi dokter, seorang santri, pilot, guru bahkan ada yang berkata padaku
bahwa cita-citanya adalah seorang hafidz Qur’an subhanallah. Seketika aku
merinding ketika mendengar pernyataannya. Seorang anak sudah berfikir untuk
menjadi seorang hafidz yang lebih mulia di mata Allah dibandingkan profesi
lain. Semoga impian mereka semua bisa tercapai dan bisa tetap menyeru akan
kebaikan dengan agamaMu ini ya Allah.
Alda, Darwin
yang paling kecil dan paling akrab samaku dan paling kusayang, Esti dan Diah
yang kemana-kemana selalu bareng semoga tercapai keinginnya untuk masuk
pesantren dan jadi guru ya, Desi yang paling pendiam, Susi dan Manda yang
paling cerewet, awas kalo tinggal kelas lagi ya dek, Remo yang paling mahir
masalah jenis-jenis awan, semoga tercapai keinginannya jadi pilot ya, Tasya, Afta, Yoga, dan yang
lainnya semoga kita bisa bertemu nantinya, dan tidak lupa Wahyu, semoga
tercapai keinginannya menjadi seorang Hafidz Qur’an yang akan menyematkan
mahkota kepada orang tuanya kelak di surga. Aamiin.
Mungkin nantinya
kalian akan jadi orang-orang yang tidak akan kulupakan ketika aku kembali ke
Bogor, semoga begitu juga dengan kalian. Terimakasih atas waktu dan pelajaran
hidup luar biasa yang kalian berikan.