Senin, 31 Desember 2018

Orang Tua

Orang tua, dulu sewaktu membangun rumah tangga, memulainya dengan tidak mudah bahkan beberapa kali mengalami kekurangan. Hingga bisa berada dalam kondisi saat ini, mereka menempuh waktu yang lamanya lebih dari usiaku sekarang. Kini saat kita ingin memulai rumah tangga sendiri, dengan kondisi yang tidak sama persis, tapi paling tidak sama-sama tidak mudah, kenapa ukuran kesiapan itu juga berubah padahal dulu mereka tahu bahwa apa yang dimiliki sekarang adalah perjuangan bersama. Kini, saat ingin memulai perjalanan kita sendiri, mereka cemas dan khawatir, melebihi kekhawatiran kita sendiri. Kini, saat saya sudah menjadi orang tua, saya paham bagaimana memperlakukan anak-anakku nanti ketika mereka ingin memulai "cerita"nya. Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang luas kepercayaan dan keberaniannya. Yang luas keyakinan dan ketenangan hatinya. Agar saat nanti melepas mereka, kita benar-benar paham jika anak itu adalah titipanNya. Bukan milik kita seutuhnya." (Kurniawan Gunadi). Semoga kita menjadi orang tua yang lebih baik setiap harinya


Minggu, 30 Desember 2018

Saling Terikat

Kita saling terkait dengan cara-cara yang sulit kita pahami. Pertemuan kita dengan seseorang. Perasaan kita terhadap seseorang. Kehilangan kita atas seseorang. Bahkan untuk hal-hal di luar pertemuan, tidak saling kenal tapi membaca tulisan-tulisannya. Hidupmu berubah. Selalu ada kaitan yang mungkin baru akan kita pahami nanti, entah kapan. Barangkali, hanya bisa didapatkan oleh mereka yang bersedia utk merenungi hikmahnya. Menyerap kesedihan dan kebahagiaan sebagai bagian dari proses hidup. Entahlah, apakah kamu pernah menghitung berapa banyak manusia yang kamu temui baik sengaja maupun tidak selama satu hari? Di begitu banyak pertemuan itu, di rumah, di jalan, di angkot, di kampus, di warung, di masjid, dimanapun. Kamu tidak mengenal mereka, tapi berpapasannya kamu dengannya hari itu telah mengubah hidupmu, mungkin juga hidupnya… (@kurniawan_gunadi)


Sabtu, 29 Desember 2018

Puteriku

Puteriku, lebih penting untuk mengajarkanmu tentang bagaimana kamu menjadi lebih peka memahami sekitar, memahami keadaan, memahami peran, memahami manusia lain, dan melakukan sesuatu setelahnya. 

Ayah tidak akan mengajarkanmu untuk bagaimana kamu bisa dikenal banyak orang, menjadi tenar, populer, dan dipuja banyak orang. 

Ayah juga akan mengajarkanmu untuk menyelami dunia, tidak hanya hidup dipermukaannya. Mudah bagi kita untuk hidup bahagia, aman, dan tentram yaitu dengan cara memikirkan diri kita sendiri saja. 

Tapi tidak dikeluarga kita, ayah akan mengajakmu menyelami dunia ini. Itu berarti kita akan belajar menyelam tidak hanya berenang, belajar menghadapi tekanan juga hal-hal tak terduga di kedalamannya. Intinya, hidup kita mungkin tidak akan lebih mudah dari yang lain. Tapi itu berarti kita akan mampu memahami dunia ini beserta isinya. 

Boleh jadi dunia ini riuh di permukaannya saja, tawa canda dan segala sesuatunya akan terasa semu saat kita bisa menyelami dalamnya, makna yang sebenarnya. Kita akan menemukan banyak hal, menemukan makna, dan mengerti jika kehidupan ini tidak hanya untuk mencari keselamatan sendiri. @kurniawan_gunadi 

Setelah Pernikahan

Setelah pernikahan, tak semua barangkali sesuai yang kita bayangkan sebelumnya. Akan ada hal-hal yang membuat kita merasa bangga berlebihan. Akan ada hal-hal yang membuat kita kecewa. Di sanalah kalian diuji untuk tetap setia pada janji. Cinta pada dasarnya tak punya bentuk, rasa, warna. Tetapi sebenarnya kita tetap bisa meraba juga menatapnya. Kadang-kadang, cinta hanya perlu seikat bunga, sebuah ucapan ucapan, pelukan atau semacam perayaan sederhana. Maka menjelmalah ia menjadi senyum atau airmata yang hanya punya satu nama: Kebahagiaan. (Fahd Pahdepie - Rumah Tangga). Buku rekomendasi buat yang akan menjalani ataupun sedang menjalani rumah tangga. 


2019 Lebih Baik

Instagram mah pencitraan doang, keliatannya romantis, padahal aktualnya memang romantis hehe, tapi prosesnya pasti tak mudah, selisih pendapat mah sering, ngambekannya ganti-gantian. Rumah tangga memang gitu ya, kalau lurus aja gak seru, kalau belok-belok terus lebih gak seru sih, hehe. Yang penting positif thinking aja kitanya, saling belajar, saling ingetin, saling nasehatin. Bismillah menuju rumah tangga yang lebih baik #2019lebihbaik



Mau Dibawa Kemana Hidup Ini

Hari-hari dilewati, tanpa ada kesan yang ternikmati. Mau dibawa kemana hidup ini, tanpa adanya arti. Kita terlalu sering terbawa arus zaman, tapi kadang lupa hakikat kita sebagai seorang muslim. Puasa, zakat, sedekah, dhuha, tahajud, bahkan sholat pun kadang terlewati. Hari ini hanya sama seperti hari kemarin, bahkan lebih buruk dari hari kemarin, tapi tidak ada yang merasa rugi sama sekali. Perbaikan diri tak seperti makanan instant, ia butuh proses, ia butuh kemauan, ia butuh perjuangan. Jangan terlalu lama terlarut akan masa lalu yang tak akan pernah terulang, ambil keputusan hari ini, jadikan diri ini lebih baik dari diri kita sebelum-sebelumnya. 


Adab Minum

Adab minum yang sering kita lupakan. 

1. Janganlah kita minum dalam keadaan berdiri walaupun ia dibolehkan tetapi ia makruh yang menghampiri kepada haram. Anas juga berkata: “Rasulullah SAW telah melarang minum sambil berdiri”. (HR Muslim) 

2. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) mengajar untuk kita makan dan memegang bekas minuman menggunakan tangan kanan dan melarang umatnya menggunakan tangan kiri kerana ia adalah sifat syaitan dan ciri-ciri orang yang bongkak . 

Dari Jabir r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda; “Jangan engkau makan dengan (tangan) kirimu, sesungguhnya syaitan itu makan dan minum dengan (tangan) kirinya.” (HR Muslim), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ; “Jika salah seorang dari kamu hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim) 


Bahagia Bersama

Bahagia bersama.. 
Kehadiran si kecil tak sepenuhnya berakhir dengan kebahagiaan. Ada sesekali masa dimana kita jenuh, dan ingin meluangkan waktu untuk kebebasan kita sendiri. Bebas dari rutinitas seorang ibu yang mengurus anak dan suami, bebas masak, bebas bersih-bersih dan sebagainya. Biasa si ibu sering menyebutnya "Me Time". Tapi tak selamanya melepas penat itu hanya dengan "Me Time", pergilah dengan keluarga kecilmu, sekedar berbelanja bersama, berlibur bersama, makan bersama, jalan-jalan bersama, melihat sesuatu yang tak biasanya kau lihat dalam rutinitas sehari-hari. Alam kadang bisa jadi solusi dalam kepenatan yang ada. Melihat dan menikmati karya indah Sang Pencipta. Untuk kita para pelosokers, hamparan sawit mungkin bisa jadi salah satu destinasi bagus untuk sekedar bercanda, kumpul, dan makan bersama. Selamat berlibur teman-teman.


Kalimat Tauhid

Saya termasuk orang yang masih butuh banyak belajar tentang ilmu agama, saya masih banyak tidak taunya tentang tauhid yang diperbincangkan, tapi hati ini sedih sekaligus marah melihat berita yang sedang hangat saat ini.

Alhamdulillah sejak SMA hingga saat ini dipertemukan dan dikenalkan dengan orang-orang baik yang luar biasa semangatnya untuk menyiarkan agama rahmatan lil alamin ini. Cara berbeda, pemahaman berbeda, tapi tujuan tetaplah satu, selisih pendapat pasti sering tapi bukan berarti mengkucilkan yang lain atau bahkan merasa kajian yang diikutinyalah kajian yang paling benar. Jika kita merasa seperti itu berarti ada yang salah pada diri kita tentang prinsip-prinsip keislaman itu sendiri.

"Kami membakar untuk melindunginya agar tidak berada pada tempat yang salah nantinya".

"Salah???"

"Menurut saya niatnya baik, tapi caranya lah yang salah."

Kenapa tidak dilipat, atau disimpan, atau dipergunakan sebaiknya jika tidak ingin benda tersebut terletak tidak pada tempatnya.

Kenapa?? Kalau boleh saya bilang, karena ada satu titik kebencian dalam hatinya, karena satu titik perasaan dialah yang paling baik dan benar, sehingga muncullah niatan baik itu tapi dilakukan dengan cara yang salah, dengan perasaan emosi di dalam hatinya, dengan hawa nafsu berlebih-lebihan. Saya yakin, jika pada saat itu teman-teman berfikiran jernih niat yang baik itu akan diiringi dengan perbuatan yang baik dan benar pula.

Marilah kita berbenah, marilah kita sama-sama intropeksi diri kita




Ekspektasi Terhadap Orang Lain

Cobalah untuk menurunkan ekspektasimu terhadap orang lain, agar kamu tidak kecewa karena mereka pasti memiliki kekurangan. Sebab kita seringkali tidak bisa memberi ruang pada rasa kecewa di hati kita. 

Cobalah untuk melemaskan egomu terhadap setiap kehendak, agar kamu tidak lelah dalam menjalani hidup. Sebab banyak sekali urusan kita yang harus bersinggungan dengan banyak orang, sementara setiap orang memiliki kehendaknya masing-masing. 


Cobalah untuk melapangkan ruang penerimaan. Sebab, menerima orang lain itu lebih sulit daripada saat menumbuhkan perasaan berharap. Sebab, seringkali kita sulit menerima karena kita seringkali merasa tidak diterima. Dan sekalinya ada yang bersedia menerima kita, kita yang seringkali tidak bisa menerimanya. Membuatnya kecewa dan pergi. 


Cobalah untuk berani mengakui kesalahan. Sebab, hidup ini bukan tentang menang dan kalah. Kebahagiaan yang hakiki tidak hadir karena kita bisa mengalahkan orang lain. Mengakui kesalahan, bersedia untuk bertanggungjawab, bersedia untuk menerima risiko. Adalah sikap-sikap yang akan memudahkan kita dalam memaknai kebahagiaan. Bukankah perasaan bersalah, yang membuat kita sulit bahagia? @kurniawan_gunadi