Senin, 19 Agustus 2013

Aku Ingin Menjadi Seorang Ikhwan

Aku Ingin Menjadi Seorang Ikhwan

Zaman sekarang hidup tanpa pacaran rasanya hampa, tidak gaul, tidak keren dan kampungan. Pacaran dulu baru nikah, kalau tidak pacaran kita tidak akan kenal calon pasangan kita. Pacaran itu membuarhielestharie.tumblr.comat kita merasa tenang karena selalu diperhatiin sama dia. Ketika sakit, pacar yang akan selalu menemani kita sampai kita sembuh, masakin masakan kesukaan kita bahkan nyulangin kita. Itulah pemikiran anak muda zaman sekarang, khususnya Amir.
Amir adalah seorang aktifis di sekolahnya, dia terkenal dengan ide-ide kerennya dan perannya di sekolah. Semua murid bahkan guru mengenalnya sangat baik. Di bidang akademis dia juga tidak kalah saing dengan murid yang lain. Pokoknya dia adalah idaman para wanita.
“Mir mana cewekmu? udah berapa lama ni ngejomblo hahaha” kata Said, teman akrab Amir sejak kelas 1 SMA.
“Belum dapat yang cocok Id, sejak putus dengan Raisya aku masih mencari yang benar-benar mencintaiku lah hahaha” kata Amir
Amir dan Raisya sudah pacaran selama satu tahun lebih, tetapi karena sering bertengkar satu sama lain akhirnya Amir memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Raisya dengan berat hati. Sebenarnya banyak yang suka dengan Amir, tetapi Amir adalah orang yang selektif untuk memilih seorang pacar.
Beberapa bulan sejak putus dari Raisya Amir merasakan sesuatu yang berbeda, biasanya dia selalu diperhatiin oleh Raisya, sekarang malah dia yang mencari perhatian perempuan lain. Pacar itu seolah-olah menjadi sebuah kebutuhan baginya.
“Open Recruitment Rohis 2012/2013, bersiaplah menjadi aktifis dakwah yang luar biasa!”
“Mir, kemarin itu kamu bilang mau ikutan Rohis kan? Itu OR-nya udah dibuka” kata Said sambil menunjukan brosur OR Rohis yang didapatnya di musholla.
“Akhirnya dibuka juga, berarti aku bisa nambah pengalaman organisasiku” kata Amir kegirangan.
“Tapi Mir apa kamu siap?” tanya Said
“Siap apaan?” Amir menjawab dengan rasa penasaran.
“Ya kamu mesti siap untuk tidak pacaran. Anak-anak Rohis kan tidak kenal kata pacaran sedangkan kamu pasti tidak bisa hidup kalau tidak pacaran” kata Said ragu.
“Tidak jadi masalah itu Id, lagipula aku pacaran tidak melakukan hal-hal aneh, tapi malah kalau ada pacar aku semakin semangat untuk berorganisasi dan berkreasi, pokoknya besok aku bakalan ikut pelatihannya” jawab Amir santai.
Keesokan harinya pelatihan perekrutan Rohis pun dimulai, tapi ada hal aneh yang dirasakan Amir. Sekilas dia melihat seorang akhwat yang menarik perhatiaanya. Akhwat ini berbeda dengan perempuan yang pernah menarik perhatiannya sebelumnya. Biasa perempuan akan terlihat cantik apabila dia seksi, putih dan berbadan ideal menurut Amir, tetapi kali ini berbeda. Ada aura kecantikan yang melebihi kategori itu semua. Ternyata lama kelamaan dia tau kalau akhwat itu bernama Irun.
Irun merupakan seorang akhwat yang memiliki jilbab yang lebar, selalu menutup auratnya, dan selalu menolong siapapun yang ia rasa membutuhkan suatu bantuan. Itulah yang membuat seorang Amir terkagum melihatnya. Dia belum pernah melihat perempuan seperti Irun sebelumnya di lingkungan sekolah, mungkin karena Irun yang biasa menghabiskan waktunya di kelas ataupun di musholla sedangkan Amir selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan lainnya sehingga membuat mereka tidak pernah bertemu.
“Id aku ngak pernah bertemu dengan dia sebelumnya, benar-benar melebihi kata cantik ataupun anggun. Wajahnya bersinar-sinar karena wudhunya, subhanallah Id” ucap Amir tekagum-kagum.
“Mir.. mir.. sadar mir dia adalah seorang akhwat sedangkan kamu bukan seorang ikhwan, lagipula dia tidak akan mau pacaran mir. Kalaupun kau mau, kau harus langsung menikahinya baru bisa pacaran dengan dianya, tetapi bukan hanya itu kamu juga harus melamar dia dengan hapalan Qur’an mu mir” Cetus Said.
“Segitu sulitkah Id.. Astaga! Aku belum siap Id kalau harus menikah dengan umur segini, lagipula hapalanku cuman surat-surat pendek aja” kata Amir kebingungan.
Hari demi hari berlalu, tidak terasa lembaran kalender pun kian berganti, terus berganti dan terus berganti. Amir semakin bingung dengan perasaannya yang kadang tercabik-cabik dengan rasa kebingungannya.
“Cinta itu butuh pengorbanan, berarti aku harus menjadi seorang ikhwan seperti yang Irun mau. Apakah aku bisa menjadi seperti itu? Apakah aku bisa bertahan untuk tetap mencintainya dan bertahan untuk tidak pacaran?” sepintas beberapa pertanyaan itu selalu hadir di pikirannya.
“Cinta itu sangat indah akan tetapi cinta itu akan terasa lebih indah jika kita mampu  menjaganya, cinta kepada Allah adalah cinta yang abadi, hanya kepadaNya lah seharusnya kita memberikan cinta terbesar kita, bukan kepada sesama manusia seperti yang terkenal dengan sebutan pacar” kata kak Wahyu, pementor Amir yang sedang menyampaikan materinya di depan anak-anak Rohis.
“Tapi kan kak pacar itu juga banyak manfaatnya, misalnya dia bisa menjadi motivasi kita untuk belajar dengan giat, terkadang kita kan akan merasa jenuh dengan banyaknya kegiatan di sekolah, nah si pacar juga bisa menjadi penghibur kita dan juga bisa menjadi seorang yang perhatian terhadap kita kan kak?”, kata Amir.
“Allah lagi, Allah dulu, Allah terus seperti katanya Ust Yusuf Mansyur, Allah lah seharusnya motivasi kita untuk selalu berdakwah ataupun belajar untuk mencapai surganya, ketika kita merasa jenuh apakah pacar selalu ada? Mungkin ketika di awal hubungan dia akan selalu disamping kita tapi apa iya untuk besok, satu minggu lagi, satu bulan lagi, satu tahun lagi atau untuk beberapa tahun ke depan? Apa antum yakin dengan itu? Tetapi coba lihat lah Allah, dia selalu bisa jadi tempat curhat kita ketika kita punya masalah, bahkan ketika kita sempat melupakannya Dia tetap mau mendengarkan curhatan kita bahkan mengabulkan permintaan kita. Apa pantas kita memberikan cinta utama kita selain kepada Allah?” jawab kak Wahyu.
Amir pun tercengang mendengarkannya, dia pun mulai berfikir dengan apa yang ia cari selama ini. Sebuah perasaan yang tidak pasti terus menghampirinya.
“Oh ya dek, InsyaAllah kakak akan menikah dua minggu lagi, datang ya di acara pernikahan kakak” kata kak Wahyu tersenyum.
“Wah siapa ni kak calonnya? Kenalin dong, pasti dia adalah akhwat yang beruntung mendapatkan ikhwan seperti kakak” jawab Amir dan teman-temannya.
“Aamiin.. mudah-mudahan seperti itu, antum harus percaya lelaki yang baik adalah untuk perempuan yang baik dan lelaki yang buruk maka untuk perpempuan yang buruk pula” jawab kak Wahyu.
Amir pun terbengong untuk kesekian kalinya setelah mendengar perkataan kak Wahyu, dia mulai bingung dengan dirinya sendiri.
Saat ini Amir sudah menjadi lelaki yang lebih baik dari sebelumnya, berkat pergaulan dengan teman-teman yang baik di Rohis, dia pun mulai rajin sholat, mengaji, dan menghafal Al Qur’an.
Tibalah saat pernikahan kak Wahyu, untuk menepati janji Amir dan teman-temannya kepada kak Wahyu, mereka pun datang dengan beramai-ramai. Acara itu pun membuat Amir kembali berfikir, dia melihat seorang akhwat disamping kak Wahyu, benar-benar seorang akhwat yang luar biasa dan seorang ikhwan yang luar biasa disana waktu itu.
“Apa aku bisa seperti itu? Apa aku bisa disana seperti kak Wahyu dengan seorang akhwat yang luar biasa seperti Irun. Aku benar-benar merasa jatuh cinta kepada Irun tetapi aku belum merasa pantas untuk itu. Aku ingin menjadi seorang ikhwan yang sebenarnya, aku harus bisa menjadi seorang ikhwan, aku harus bisa” sekali lagi Amir merenung dengan perasaanya
Sejak adanya prinsip untuk menjadi seorang ikhwan Amir mulai meningkatkan ibadahnya, seperti puasa, sholat-sholat sunnah, dan begitu semangat untuk menghafal Al Qur’an.
“Kak aku begitu ingin menjadi seorang ikhwan seperti kakak, jujur kak aku jatuh cinta terhadap seorang akhwat, sejak saat itu aku berkeinginan menjadi seorang ikhwan.” Kata Amir kepada kak Wahyu.
“Mir ingatlah setiap yang kita lakukan semata-mata karena Allah bukan karena akhwat itu, kamu tidak akan menjadi seorang ikhwan jika niatmu belum lurus, jadilah ikhwan karena kamu ingin dekat dengan Allah. Jangan jatuh cinta mir, tapi bangunlah cinta maka kamu akan mendapatkan cinta sejatimu. Percayalah kamu akan mendapatkan yang terbaik, jika kamu memberi yang terbaik untuk agama Allah.”
Amir tersenyum dan dia sadar yang dia lakukan lagi-lagi salah, tapi itulah yang membuat dia bertambah semangat, dia semakin menemukan jati diri yang sesungguhnya setelah bergabung dengan Rohis dan berkumpul dengan orang-orang sholeh, dia pun juga tahu rahasia kenapa Allah menyuruh kita dekat dengan orang-orang yang sholeh.
Sejak saat itu nama Irun dihapus dari pikirannya, dia yakin suatu saat nanti nama itu ataupun nama akhwat lain akan muncul di hatinya bukan hanya di hatinya tetapi juga mucul di surat nikahnya nantinya. Yang terpenting saat ini ia akan menjadi seorang ikhwan yang sebenarnya, berdakwah, dan memajukan agama Allah.

TAMAT

2 komentar:

  1. Baru ingin Jul ? Kapan jadinya ? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga cuman cerpen kk hahaha kalau saya ditanya jadinya emm blum tau kk smoga secepatnya hehehe

      Hapus