Kamis, 26 Oktober 2017

Cahaya Di Pojok Sekolah

Dakwah adalah... (3/n)

Dari namanya, SMA kami bukanlah sekolah yang berbasis Agama .

Kami Hanya punya satu bangunan kecil di Pojok sekolah untuk sholat.

Tapi bagi kami, itu tempat paling nyaman untuk berkumpul dan bertukar pikiran.

Istirahat pertama adalah waktu favorit bagi kebanyakan... Waktu untuk mengerjakan Dhuha dan sejenak melepas penat... Bertemu dan saling sapa... Ada salah satu hal yang paling saya ingat sewaktu di Bintalis (Rohis)  dulu... Sebuah Kalimat... "Kalok Kelen (kalian) mau Sholat, ajak-ajakin lah kawannya, Masak Kelen  mau masuk Surga Sendiri" (Kurang lebih begitu redaksi dengan bahasa pasaran di Medan Kota)

Bagi kita yang telah mempunyai ilmu tentang agama.. Maka tugas selanjutnya adalah menyampaikannya... Misalnya, mengajari huruf Hijaiyah,

Mengajari atau bahkan sekedar mengajak Sholat.. Setiap orang perlu pengingat

perlu nasehat-nasehat... Perlu ajakan kebaikan... Baik itu teman ataupun keluarga kita sendiri...


By: Kakanda @fajarwirahadi (Bintalis 2012/2013)



Minggu, 15 Oktober 2017

Bahagianya Orang Tua

"Cara membuat orang tua bahagia adalah dengan membuat diri kita bahagia."

Sesukses apapun kita, seberapa banyakpun uang yang bisa kita berikan ke orang tua, kalau semua itu tidak membuat diri kita bahagia, itu takkan membuat orang tua bahagia. Karena kebahagiaan seorang anak adalah kebahagiaan orang tua juga.

Jumat, 13 Oktober 2017

Kebosanan Dalam Rumah Tangga

Wanita yang kau damba-dambakan sebelum menikah mungkin akan terlihat biasa saja ketika sudah beberapa tahun menjalani rumah tangga. Ia yang selalu cantik di awal pernikahan di matamu, mungkin akan memudar kecantikannya seiring berjalannya waktu. 

Kebosanan adalah hal yang wajar dalam rumah tangga. Terlalu monoton, sang suami seperti mesin uang yang kerja pagi hingga pagi malah sedangkan sang istri layaknya robot penjaga rumah, yang hanya menjadi pelayan suami menyediakan makan ketika ia pulang kerja, menyuci pakaiannya, dan mengurus bayi di rumah. Begitulah setiap hari.

Seperti itukah rumah tangga? 
Lantas karena pemikiran itukah banyak yang memilih untuk menunda sebuah pernikahan?

Kebosanan adalah hal yang wajar terjadi, tinggal bagaimana kita menanggapinya. Hei para "SUSKER" (Suami Keren/Suami Suka Kerja). Tak terelakan bagimu kalau kau punya tanggung jawab untuk menafkahi keluargamu hingga kau perli banting tulang, pergi pagi pulang pagi, sungguh penghormatan sebesar-besarnya atas usaha dan kerja kerasmu dalam menafkahi keluarga. Tapi bisakah kau beri waktumu sedikit saja setiap harinya untuk bercanda dengan keluargamu, atau sekedar bercerita keseharianmu hari itu, atau duduk bersama menikmati sarapan/makan malam menikmati hidangan bidadari surgamu. Bisakah kau beri waktumu 1 hari saja untuk jalan bersama/piknik sekedar keluar dari rumah tanpa harus mengeluarkan banyak. 

Banyak hal sepele yang kita lupa untuk lakukan padahal sangat bermanfaat untuk keharmonisan keluarga. Senyum atau mencium istrimu ketika memasuki rumah setelah habis dimaki-maki oleh si bos, tanpa membawa sedikitpun masalah yang ada di kantor. Bercerita panjang lebar tentang hal-hal yang kita alami hari itu karena mungkin sebelum kepulangan kita dia merasa sangat bosan di rumah, kesepian. Ajak bicaralah dia, berikan sedikit rayuan kepadanya, sungguh perempuan sangat suka dirayu. (Tapi hanya merayu istri tidak boleh wanita lain -___-) 😅.

Untuk para istri, kebosanan menjalani rutinitas yang itu-itu saja pasti sangat tidak menyenangkan. Masak, nyuci, nyapu, masak, nyuci, nyapu begitu berulang-ulang. Tapi bawalah aktifitas itu ke dalam ibadahmu, jadikanlah itu sebagai amalan bagimu untuk suamimu.

Jangan menganggap kepulangan suami adalah hal biasa saja, karena pandangan pertama suami sepulang kerja adalah hal yang dinanti-nantikan olehnya. Jika sudah waktunya, cobalah tampil sedikit lebih rapi, tap perlu berdandan, hanya mencoba memberi refleksi mata kepada sang suami. Pakaian bersih, wajah tidak kucel, enak dipandang.

"Tapi suamiku orangnya apa adanya kok, tetap menganggap aku cantik dalam keadaan bagaimanapun."

"Betul, insyaAllah semua suami seperti itu, menerima istrinya apa adanya, namun kitakan ingin memberi hal yang lebih, menambah kecintaan suami ke istri, dll, tidak salahkan cantik ketika ia pulang, namun boleh kucel lagi kok setelah itu 😅" *bercanda.

Kebosanan dalam rumah tangga itu tinggal bagaimana kita menanggapinya, mau dibuat seperti apa, mau dijadikan seperti apa, dan mau diarahkan seperti apa nantinya.

Pontianak, 14 Oktober 2017




Kamis, 12 Oktober 2017

ASIYAH BINTI MUZAHIM

(pejuang di tengah kezaliman)

“Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” (QS. At-Tahrim [66] : 11).

Rasulullah SAW memerintahkan untuk bersikap lembut dan banyak mewasiatkan agar bersikap baik kepada perempuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan kiranya jika Allah Tabaroka wa Ta’ala dengan segala hikmah-Nya mengamanahkan kaum wanita kepada kaum laki-laki.

Salah satu hal yang patut kita renungkan dan jadikan pelajaran adalah kisah keteguhan salah seorang putri, istri dari seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya. Putri yang akhirnya harus disiksa oleh tangan suaminya sendiri, yang disiksa karena keimanannya kepada Allah Dzat Yang Maha Tinggi. Dialah Asiyah binti Muzahim, istri Firaun.

Alkisah di negeri Mesir, Firaun terakhir yang terkenal dengan keganasannya bertahta. Setelah kematian sang isteri, Firaun kejam itu hidup sendiri tanpa pendamping. Sampai cerita tentang seorang gadis jelita dari keturunan keluarga Imran bernama Siti Asiyah sampai ke telinganya.

Firaun lalu mengutus seorang Menteri bernama Haman untuk meminang Siti Asiyah. Orangtua Asiyah bertanya kepada Siti Asiyah : “Sudikah anakda menikahi Firaun?” “Bagaimana saya sudi menikahi Firaun. Sedangkan dia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah?” Haman kembali pada Firaun. Alangkah marahnya Firaun mendengar kabar penolakan Siti Asiyah. “Haman, berani betul Imran menolak permintaan raja. Seret mereka kemari. Biar aku sendiri yang menghukumnya!”

Firaun mengutus tentaranya untuk menangkap orangtua Siti Asiyah. Setelah disiksa begitu keji, keduanya lantas dijebloskan ke dalam penjara. Menyusul kemudian, Siti Asiyah digiring ke Istana. Firaun kemudian membawa Siti Asiyah ke penjara tempat kedua orangtuanya dikurung. Kemudian, dihadapan orangtuanya yang nyaris tak berdaya, Firaun berkata: “Hei, Asiyah. Jika engkau seorang anak yang baik, tentulah engkau sayang terhadap kedua orangtuamu. Oleh karena itu, engkau boleh memilih satu di antara dua pilihan yang kuajukan. Kalau kau menerima lamaranku, berarti engkau akan hidup senang, dan pasti kubebaskan kedua orangtuamu dari penjara laknat ini. Sebaliknya, jika engkau menolak lamaranku maka engkau sudah tahu apa yang akan aku lakukan. Karena ancaman itu, Siti Asiyah terpaksa menerima pinangan Firaun. Dengan mengajukan beberapa syarat :

Firaun harus membebaskan orangtuanya.
Firaun harus membuatkan rumah untuk ayah dan ibunya, yang indah lagi lengkap perabotannya.
Firaun harus menjamin kesehatan, makan, minum kedua orangtuanya. Siti Aisyah bersedia menjadi isteri Firaun. Hadir dalam acara-acara tertentu, tapi tak bersedia tidur bersama Firaun. Sekiranya permintaan-permintaan tersebut tidak disetujui, Siti Asiyah rela mati dibunuh bersama ibu dan bapaknya.
Akhirnya Firaun menyetujui syarat-syarat yang diajukan Siti Asiyah. Firaun lalu memerintahkan agar rantai belenggu yang ada di kaki dan tangan orangtua Siti Asiyah dibuka. Singkat cerita, Siti Asiyah tinggal dalam kemewahan Istana bersama-sama Firaun. Namun ia tetap tak mau berbuat ingkar terhadap perintah agama, dengan tetap melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

Pada malam hari Siti Asiyah selalu mengerjakan shalat dan memohon pertolongan Allah SWT. Ia senantiasa berdoa agar kehormatannya tidak disentuh oleh orang kafir, meskipun suaminya sendiri, Firaun. Untuk menjaga kehormatan Siti Asiyah, Allah SWT telah menciptakan iblis yang menyaru sebagai Siti Asiyah. Dialah iblis yang setiap malam tidur dan bergaul dengan Firaun.

Firaun mempunyai seorang pegawai yang amat dipercaya bernama Hazaqil. Hazaqil amat taat dan beriman kepada Allah SWT. Beliau adalah suami Siti Masyitoh, yang bekerja sebagai juru hias istana, yang juga amat taat dan beriman kepada Allah SWT. Namun demikian, dengan suatu upaya yang hati-hati, mereka berhasil merahasiakan ketaatan mereka terhadap Allah. Dari pengamatan Firaun yang kafir.

Suatu kali, terjadi perdebatan hebat antara Firaun dengan Hazaqil, disaat Firaun menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang ahli sihir, yang menyatakan keimanannya atas ajaran Nabi Musa as. Hazaqil menentang keras hukuman tersebut.

Mendengar penentangan Hazaqil, Firaun menjadi marah. Firaun jadi bisa mengetahui siapa sebenarnya Hazaqil. Firaun lalu menjatuhkan hukuman mati kepada Hazaqil. Hazaqil menerimanya dengan tabah, tanpa merasa gentar sebab yakin dirinya benar.

Hazaqil menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan tangan terikat pada pohon kurma, dengan tubuh penuh ditembusi anak panah. Sang istri, Masyitoh, teramat sedih atas kematian suami yang amat disayanginya itu. Ia senantiasa dirundung kesedihan setelah itu, dan tiada lagi tempat mengadu kecuali kepada anak-anaknya yang masih kecil.

Suatu hari, Masyitoh mengadukan nasibnya kepada Siti Asiyah. Di akhir pembicaraan mereka, Siti Asiyah menceritakan keadaan dirinya yang sebenarnya, bahwa iapun menyembunyikan ketaatannya dari Firaun. Barulah keduanya menyadari, bahwa mereka sama-sama beriman kepada Allah SWT dan Nabi Musa as.

Pada suatu hari, ketika Masyitoh sedang menyisir rambut puteri Firaun, tanpa sengaja sisirnya terjatuh ke lantai. Tak sengaja pula, saat memungutnya Masyitoh berkata : “Dengan nama Allah binasalah Firaun.”

Mendengarkan ucapan Masyitoh, Puteri Firaun merasa tersinggung lalu mengancam akan melaporkan kepada ayahandanya. Tak sedikitpun Masyitoh merasa gentar mendengar hardikan puteri. Sehingga akhirnya, ia dipanggil juga oleh Firaun.

Saat Masyitoh menghadap Firaun, pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah : “Apa betul kau telah mengucapkan kata-kata penghinaan terhadapku, sebagaimana penuturan anakku. Dan siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini?”

“Betul, Baginda Raja yang lalim. Dan Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai segala alam dan isinya.” jawab Masyitoh dengan berani.

Mendengar jawaban Masyitoh, Firaun menjadi teramat marah, sehingga memerintahkan pengawalnya untuk memanaskan minyak sekuali besar. Dan saat minyak itu mendidih, pengawal kerajaan memanggil orang ramai untuk menyaksikan hukuman yang telah dijatuhkan pada Masyitoh. Sekali lagi Masyitoh dipanggil dan dipersilahkan untuk memilih : jika ingin selamat bersama kedua anaknya, Masyitoh harus mengingkari Allah. Masyitoh harus mengaku bahwa Firaun adalah Tuhan yang patut disembah. Jika Masyitoh tetap tak mau mengakui Firaun sebagai Tuhannya, Masyitoh akan dimasukkan ke dalam kuali, lengkap bersama kedua anak-anaknya.

Masyitoh tetap pada pendiriannya untuk beriman kepada Allah SWT. Masyitoh kemudian membawa kedua anaknya menuju ke atas kuali tersebut. Ia sempat ragu ketika memandang anaknya yang berada dalam pelukan, tengah asyik menyusu. Karena takdir Tuhan, anak yang masih kecil itu dapat berkata, “Jangan takut dan sangsi, wahai Ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah SWT. Dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.”

Masyitoh dan anak-anaknyapun terjun ke dalam kuali berisikan minyak mendidih itu. Tanpa tangis, tanpa takut dan tak keluar jeritan dari mulutnya. Saat itupun terjadi keanehan. Tiba-tiba, tercium wangi semerbak harum dari kuali berisi minyak mendidih itu. Siti Asiyah yang menyaksikan kejadian itu, melaknat Firaun dengan kata-kata yang pedas. Ia pun menyatakan tak sudi lagi diperisteri oleh Firaun, dan lebih memilih keadaan mati seperti Masyitoh.

Mendengar ucapan Isterinya, Firaun menjadi marah dan menganggap bahwa Siti Asiyah telah gila. Firaun kemudian telah menyiksa Siti Asiyah, tak memberikan makan dan minum, sehingga Siti Asiyah meninggal dunia.

Hal menarik yang bisa kita jadikan perenungan di antaranya bahwa Asiyah PEREMPUAN CANTIK yang hidup pada masa Nabi Musa dan beriman kepada Allah SWT. Ia tak kuasa menolak menjadi istri Firaun karena hal buruk akan menimpa keluarganya. Meski menjadi istri kesayangan Firaun, sebenarnya raja lalim itu tak pernah berhasil membujuknya. Bahkan, Asiyah berhasil MEMPERTAHANKAN KEIMANANNYA tanpa sepengetahuan Firaun.

Asiyah pun menjadi inspirasi pengambilan keputusan Firaun dalam beberapa kesempatan penting. KEIMANAN DAN KECERDASANNYA mendorongnya mengoptimalisasi peran di mata banyak hunafa (orang-orang yang hanif) Bani Israil yang diselamatkan berkat usulannya.

Keputusan mengasuh Musa kecil juga atas inisiatif Asiyah. Allah pun membantunya dengan menurunkan rasa cinta Firaun kepada Musa. Bagi Asiyah, hidup dalam lingkungan musuh Allah bukanlah penghalang menjadi PEREMPUAN BAIK dan PEJUANG DAKWAH yang gigih. Ia bergabung dalam barisan dakwah Nabi Musa dan pada akhirnya mendatangkan murka Firaun.

Alangkah beratnya ujian beliau, disiksa oleh suaminya sendiri.

Namun, akankah siksaan itu menggeser keteguhan hati Asiyah walau sekejap? Sungguh siksaan itu tak sedikitpun mampu menggeser keimanan wanita mulia itu. Akan tetapi, siksaan-siksaan itu justru semakin menguatkan keimanannya.

Iman yang berangkat dari hati yang tulus, apapun yang menimpanya tidak sebanding dengan harapan atas apa yang dijanjikan di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala. Maka Allah pun tidak menyia-nyiakan keteguhan iman wanita ini. Ketika Firaun dan algojonya meninggalkan Asiyah, para malaikat pun datang menaunginya. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Siti Asiyah sempat berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :

“Dan Allah membuat isteri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata : “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Q.S. At-Tahrim [66] : 11)

Di tengah beratnya siksaan yang menimpanya, wanita mulia ini senantiasa berdoa memohon untuk dibuatkan rumah di surga. Allah mengabulkan doa Asiyah, maka disingkaplah hijab dan ia melihat rumahnya yang dibangun di dalam surga. Diabadikanlah doa wanita mulia ini di dalam Al-Quran.

Ketika melihat rumahnya di surga dibangun, maka berbahagialah wanita mulia ini. Semakin hari semakin kuat kerinduan hatinya untuk memasukinya. Ia tak peduli lagi dengan siksaan Firaun dan algojonya. Ia malah tersenyum gembira yang membuat Firaun bingung dan terheran-heran. Bagaimana mungkin orang yang disiksa akan tetapi malah tertawa riang? Sungguh terasa aneh semua itu baginya. Jika seandainya apa yang dilihat wanita ini ditampakkan juga padanya, maka kekuasaan dan kerajaannya tidak ada apa-apanya.

Asiyah berhasil MEWARNAI lingkungannya, bukan sebaliknya malah TERWARNAI dengan perilaku tidak benar, padahal kalau saja Asiyah nunut saja dengan Firaun maka hidupnya akan jauh lebih “bahagia” dan “sejahtera”.

Betapa banyak istri-istri sekarang yang diam saja tidak menasehati apabila suaminya berlaku tidak benar, malah ikut-ikutan atau diam saja, dengan pertimbangan kalau menasehati suami khawatir pendapatannya akan dikurangi atau malah dihentikan oleh suami. Betapa banyak suami-suami yang bersikap seperti Firaun abad 20, yang menyiksa istrinya lahir dan juga batin dan melakukannya berulang-ulang seperti tak menyadari bahwa yang dilakukannya persis seperti Firaun kepada Asiyah…na’udzubillah

Akhirnya, Asiyah menutup riwayat hidupnya dalam siksaan keji suaminya sendiri.
Sebuah bentuk PENGORBANAN YANG TOTAL terhadap Allah dan KETAATAN YANG PARIPURNA dari seorang hamba kepada Sang Pencipta.

Maka tibalah saat-saat terakhir di dunia. Allah mencabut jiwa suci wanita shalihah ini dan menaikkannya menuju rahmat dan keridhaan-Nya. Berakhir sudah penderitaan dan siksaan dunia, siksaan dari suami yang tak berperikemanusiaan.

Tidakkah kita iri dengan kedudukan wanita mulia ini? Apakah kita tidak menginginkan kedudukan itu? Kedudukan tertinggi di sisi Allah Yang Maha Tinggi. Akan tetapi adakah kita telah berbuat amal untuk meraih kemuliaan itu? Kemuliaan yang hanya bisa diraih dengan amal shalih dan pengorbanan. Tidak ada kemuliaan diraih dengan memanjakan diri dan kemewahan.

Tidakkah kita menjadikan Asiyah sebagai teladan hidup kita untuk meraih kemuliaan itu? Apakah kita tidak malu dengannya, dimana dia seorang istri raja, gemerlap dunia mampu diraihnya, istana dan segala kemewahannya dapat dengan mudah dinikmatinya. Namun, apa yang dipilihnya? Ia lebih memilih disiksa dan menderita karena keteguhan hati dan keimanannya. Ia lebih memilih kemuliaan di sisi Allah, bukan di sisi manusia. Jangan sampailah dunia yang tak seberapa ini melenakan kita. Melenakan kita untuk meraih janji Allah Ta’ala, surga dan kenikmatannya.

Jangan sampai karena alasan kondisi kita mengorbankan keimanan kita, mengorbankan aqidah kita. Marilah kita teladani Asiyah binti Muzahim dalam mempertahankan iman. Jangan sampai bujuk rayu setan dan bala tentaranya menggoyahkan keyakinan kita. Janganlah penilaian manusia dijadikan ukuran, tapi jadikan penilaian Allah sebagai tujuan. Apapun keadaan yang menghimpit kita, seberat apapun situasinya, hendaknya ridha Allah lebih utama. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan surga tertinggi yang penuh kenikmatan.

Demikian kisah Siti Asiah dan Masyitoh. Semoga muslimah sekalian bisa mengambil hikmah dan mengikuti jejak keduanya, meninggal dalam keadaan teguh menggenggam “Tauhid.”

Rabu, 11 Oktober 2017

Jodoh Itu Cerminan Dari Diri Kita Sendiri.

Seseorang pernah bertanya, "Salah tidak kita berharap jodoh kita itu sholeh/sholehah, baik ibadahnya, bisa mimpin kita atau selalu mengingatkan kita untuk tetap dalam jalanNya?" "Tidak kok tidak ada yang salah, semua orang berhak punya mimpi seperti itu." Nah, yang jadi permasalahan adalah sudah seperti apa kita, sudah sejauh mana ibadah kita, sudah usaha apa saja yang kita lakukan untuk mencapai impian kita mendapatkan jodoh seperti itu, sudah sesiap apa kita, dan sudah sesholeh atau sholehah apa kita. "Ada yang berniat baik dan dia sudah datang menemui orang tuaku, tapi salahkah aku berharap yang datang itu adalah yang bener-bener bisa menjadi imamku atau lebih tepatnya yang bener-bener baik." Emm, pertama jempol untuk mereka yang memberanikan dirinya datang menemui orang tua pihak perempuan dengan maksud berniat baik kepadanya. Tapi, keberanian tanpa kesiapan pun tak ada gunanya, maka ketika kau siap barulah datanglah kepadanya. Jangan memberikan sedikit harapanpun kepada perempuan ketika dirimu belum siap saat itu juga, katakanlah hanya ketika kau siap. Karena berada dalam ketidakpastian itu akan menimbulkan penderitaan bagi perempuan. Apalagi ketika dia sudah berharap kepadamu lalu tiba-tiba seorang yang dikaguminya ingin berniat baik pula kepadanya. Emm mari kita bayangkan. Dan memang itu menimbulkan kebimbangan, sudah kebayang rasanya walau aku tak merasakannya.. 😅😂
#ReminderBuatParaLelaki

Kedua, sungguh Allah telah menyiapkan yang sesuai dengan kita, apabila kita baik insyaAllah yang baik pula yang akan bersama kita. Tapi terlalu banyak memilih juga menjadi masalah bagi pihak perempuan 😅. Istikharahkan ketika dirimu dalam kebimbangan. Salah satu tujuan rumah tangga adalah membuat keduanya semakin taat kepadaNya, insyaAllah bersama berjuang menjadi lebih baik itu lebih nikmat rasanya. Jadi bukan karena istri/suami kita baik, maka dialah yang membuat kita menjadi lebih baik, melainkan karena niat kedua pihaklah untuk bisa menjadi pribadi yanh lebih baik itulah yang membuat hidup mereka menjadi lebih baik.

Sungai Tawang, 03 Oktober 2017
Julius Tan



Minggu, 01 Oktober 2017

Datang Di Waktu Yang Tepat

Ketika kita telah memilih jalan yang sesungguhnya tak pernah kita prediksi, tak perlu cemas akan kejadian yang telah diskenariokan untuk kita. Manis pahitnya kehidupan bukan sekedar angin lalu melainkan guru dalam kehidupan.

Cinta bukan tentang siapa yang cepat, tapi tentang siapa yang tepat di waktu yang tepat menurutNya. Tak perlu ada paksaan dalam memutuskan dan menjalaninya. Ketika seseorang datang kepadamu ataupun ketika kau akan memutuskan untuk datang kepadanya, kau hanya perlu tegas dalam mengambil sikap. Jangan biarkan perasaanmu dan perasaanya berada dalam persimpangan jalan yang tak ada habisnya. Katakan iya atau tidak. Hanya itu. Sangat mudah mengatakannya bukan, ya sangat mudah mengatakannya bagi yang tak merasakan, namun sangat mudah pula mengatakannya bagi yang merasakan jika semua berlandaskan cinta kepadaNya.

Hah sungguh sulit menjelaskannya..

Ya kembalikan ke niat kita semula, untuk apa sih kita harus memilih. Untuk apa kita menjalani kehidupan yang tak terprediksi ini.

Menikah itu untuk ibadah. Dijadikan cinta itu hadir di kehidupan manusia untuk membuat manusia merasakan kebahagiaan bukan keterpaksaan. Pernikahan bukan perkara "Aku terima nikahnya ....... binti.... dengan......". Pernikahan bagi laki-laki berarti dikau menanggung dan menerima semua apa yang ada padanya saat ini dan apa yang akan dilakukannya kelak. Berat ya? 😂 tapi begitulah kodrat lelaki untuk selalu menjaga istrinya dalam syariat.

Pernikahan bukan suatu yang tergesa-gesa. Tak perlu cemas dan risau melihat teman-teman seangkatan bahkan yang lebih muda telah menemukan pasangan hidupnya. Fokuslah ke perbaikan diri. InsyaAllah dia yang ditunggu-tunggu akan datang di waktu yang tepat ketika kita sudah siap seutuhnya.

Sungai Tawang, 01 Oktober 2017.
Julius Tan