Minggu, 25 Desember 2016

Cinta Tak Pernah Meminta Untuk Menanti

"Cinta tak pernah meminta untuk menanti, ia mengambil kesempatan atau mempersilahkan, ia adalah keberanian atau pengorbanan"

Kalimat tersebut mewakili jawaban sejuta pertanyaan para muda mudi yang  berada pada masa pencarian dan bertanya-tanya akan jodohnya.

Buat apa membuat orang menanti, dan buat apa menanti akan ketidakpastian dalam suatu hubungan. "Jika kau serius datang aja ke rumah, jumpain abi ummi" *aseeek "Aku belum siap, amalan masih nyendat-nyendat, kerjaan belum ada, tiap bulan masih minta kiriman"

Yaudah ngapain deketin anak orang kalau gitu.. *tepokjidat

Luruskan niat akan suatu hubungan, bismillah Allah selalu tau kapasitas dan kemampuan kita, ingin menikah tapi belum ada kerjaan dan mapan, itu sih rata-rata alasan para ikhwan.  InsyaAllah rezeki itu sudah diatur oleh Allah jangan khawatir, bahkan semut-semut yang ada di dunia ini sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Tinggal bagaimana kita berusaha untuk mencari rezeki tersebut.

Unik sih, ketika kita tanpa ada banyak komunikasi dan perkenalan intensif sebelumnya, tapi kita niatkan untuk menikah karena Allah hingga kita memiilih ataupun dipilihkan dengan seseorang. Ya tapi memang seharusnya begitu. InsyaAllah dengan visi yang sama dan niat yang sama karena Allah walaupun dengan karakter dan pribadi yang berbeda, Allah pasti akan hadirkan harmonisasi kehidupan nantinya dengan amalan yang tak terputus setiap hari dalam keluarga tersebut.
Aamiin..

Sabtu, 24 Desember 2016

Anisa & Julius

Bismillahirrohmanirrohim

"Ada dua kehidupan yang kemudian berjalan bersama-sama, ada dua impian yg kemudian diwujudkan bersama dan orang-orang yg menikah telah berhasil menemukan titik temu diantara mereka" (Kurniawan Gunadi)

Alhamdulilah bersama hadirnya undangan ini, kami Anisa dan Julius berniat mewujudkan niat baik kami untuk menikah yg insyaallah akan kami ikrarkan dalam walimatul ursy pada tanggal 8 Januari 2017.

Disini kami ingin mengabarkan rasa syukur kami dan memohon doa kebaikan utk keberkahan niat baik kami. Kami memahami jarak bisa menjadi kendala bagi kawan-kawan utk turut serta hadir dalam pernikahan kami, semoga undangan ini mampu mewakili kami dalam memberi kabar bahagia ini. Tapi tak mengurangi harapan kami agar teman-teman bisa hadir dalam niatan baik ini.

Terimakasih
Salam,
Anisa & Julius

Minggu, 27 November 2016

Carilah Rezeki dengan Bersedekah

Akan datang waktu dimana kita dituntut bukan lagi sebagai pendengar setia suatu majelis tapi sebagai penyampai, penyeru kebaikan. Sungguh ilmu sangatlah minim, tapi bukan berarti kita menyerah dengan keadaan dan tak mau belajar. Bismillah, semangat buat para pelosokers untuk tetap menyeru pada kebaikan dan menebar manfaat sebanyak-banyaknya. Kali ini akan sedikit sharing tentang materi khutbah jumat pertama saya. MasyaAllah dek-dekan sebenarnya hehehe. Alhamdulillah punya kesempatan untuk cari-cari materi di google dan milih tausyiahnya Ustadz Arifin Ilham tentang sedekah untuk disampaikan hehehe. Jazakallah ustadz atas ceramahnya, alhamdulillah punya kesempatan meneruskan ceramah ustadz walaupun belum bisa menyampaikan materi yang dikarang sendiri.
Semoga bermanfaat..

Bismillah.
Tiada sikap terbaik sebagai hamba Allah yang telah ditentukan jadwal kematian bagi dirinya yang semakin hari jam detik menit semakin dekat dengan jadwal kematian kecuali selalu siap menyambutnya dengan sungguh-sungguh bertaqwa kepada Allah.

Maasiran muslimin yang dirahmati Allah, Rasulullah saw bersabda” istaqzilur rizqo bii shadaqati” carilah rezeki dengan bersedekah, carilah rezeki dengan bersedekah. Sekilas membingungkan, menurut logika matematika atau hukum ekonomi sesuatu yang dikeluarkan maka akan mengurangi dari yang dimiliki. Subhanallah. Logika iman berbeda dengan logika matematika. Logika iman mengatakan bahwa rezekinya dari al razzak, maha pemberi rezeki, wamaa mindaabatin il ardhi ila alallahi rizquha, tidak satupun makhluk yang melata di muka bumi ini kecuali rizkinya dari Allah, maha pemberi rezeki, jangankan kita, semut saja yang ada di rumah Allah ini jumlahnya milyiar milyiaran dijamin rezekinya oleh Allah sebagai wujud kasih sayang dan bentuk bertanggung jawabnya kepada makhluk yang ia ciptakan

Ki fa ahlu’u halqon walam ar zukhu, dalam hadits kursi Allah berfirman bagaimana mungkin aku menciptakan makhluk sementara aku tidak memberi rezeki  kepadanya. Setiap makhluk ada rezekinya. Ini yang membuat orang beriman tidak rakus, tidak serakah, tidak bakhil, lahir sifat qanaah. Bukan hanya puas dengan segala kenikmatan yang memang pantas dipuaskan tapi puas dengan segala ketentuan Allah, itulah yang Allah amanakahkan untuk dirinya sehingga ia mensyukuri nkmat Allah itu.

Kesadaran bahwa ini rezeki dari Allah lalu ia infaqkan di jalan Allah sebagai wujud syukurnya atas nikmat-nikmat Allah.

wa  idz ta addzana rabbukum la in syakartum la azii dannakum, wa la inkafartum inna ‘adzaa bii lasyadid,
karena ia mensyukuri nikmat Allah, maka kembali Allah tambah nikmat itu untuk dirinya, berarti ia pantas kuat  menjaga amanah Allah, Allah tambah lagi amanah nikmat itu. Ia syukuri lagi, Allah tambah lagi, syukur lagi tambah lagi, syukur lagi nikmat lagi, syukur lagi, nkmat lagi syukur lagi, nikmat lagi syukur lagi selama ia bersyukur dengan sedekah, selama itulah mengalir ni’am nikmat-nikmat yang banyak kepadanya.

Dalam Qur’an At Taubah :99 dijelaskan “ Maa yunfiqu qurubaatin ‘indallah” apa-apa pun yang kau infaqan  di jalan Allah “qurubaatin ‘indallah” berarti engkau mendekatkan dirimu kepada Allah  Ar Razak, Yang Maha Kaya, Yang Maha Mengayakan, di tangannya lah Rezeki, di tanganya langit dan bumi, di tangannya semua hati, di tangannya sehat sakit, begitu mudahnya baginya membolak balik, maka tatkala manusia bersedekah, ia dekat dengan Allah, dekat dengan maha kaya, maka ia pun dijamin kekayaannya oleh Allah. Allahu Akbar.

Kemudian, kenapa dengan orang bersedekah rezekinya bertambah? karena mendapat nilai, harga berkali-kali lipat. Perhatikan Q.S Al Baqarah: 261, kalau Al Qur’an itu dibaca seakan Allah bicara langsung dengan kita dan itu mukjizat, pasti terjadi, janji Allah pasti terjadi.

“masalulladzi na amwaa lahum fii sabilillah”
Perumpamaan orang-orang menginfakkan rezekinya di jalan Allah

“kamasali Habbatin ambatadz sab ‘a sanaa bilafii kulli sumbullatimm mi atu Habbah”
Seperti sebutir biji yang menumbuhkan 7 tangkai, dan dari setiap tangkai menghasilkan 100 biji.

“Wallahu yudhoo ‘ifu limayasyaaa’.. Wallahu waa si ‘un ‘alim”
Allah melipat gandakan bagi siapa yang Ia kehendaki, Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.

Infaq di analogikan dengan tanaman.. Berarti 1 dikali 7 dikali 100 berarti 700 dan ini bukan angka matematika yang mati, 700 itu minimal, ini kelipatan. Kenapa kelipatan? Bagaimana jika setiap tangkai itu menghasilkan lebih dari 7, bagaimana jika biji yang dihasilkan itu dibibitkan, ditanam lagi, berbuah lagi, kemudian ditanam lagi, berkembang lagi, berkembang lagi, lagi dan lagi.
Maka Allah menjelaskan dengan “Wallahu yudhoo ‘ifu limayasyaaa’.. Wallahu waa si ‘un ‘alim”
Allah melipat gandakan bagi siapa yang Ia kehendaki, Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.

Dalam Q.S Saba :39

“wamaaa anfaqtum min sya ‘in fahuwa yukhlifuhu, wahuwa khoirur raziqin”
Apapun yang kau infaqkan berarti engkau percaya kepada Allah sebagai penjamin rezeki.

Kita punya uang lalu kita ingin aman uang kita, kita simpan, kita pilih bank, dengan profit yang luar biasa, padahal disitu masih banyak transaksi riba.
Lalu bagaimana dengan Allah, sudah berimankan kita kepada Allah, percayakah kita kepada Allah yang menjaga, yang mengamankan rezeki kita, yang menjamin rezeki kita, yang akan melipat gandakan minimal 700 kali lipat, bandingkan dengan bank konvensional.

Bayangkan kita berinfaq 100 rupiah cash, dikali 700 maka sama dengan 70.000 rupiah yang dicatat oleh malaikat dan itu minimal, karena tidak ada hartawan, darmawan yang ikhlas lalu menjadi miskin kedermawananny, para malaikat selalu senang mendoakan hamba-hamba darmawan, tambahkan, tambahkan, tambahkan rezekinya, Rasulullah saw menjamin,

Idstadzillu rizqo bii shodaqoti, carilah rezeki dengan sedekah, Allah menjamin, 29 ayat di dalam Al Qur’an. Orang-orang darmawan sangat dicintai oleh Allah.
Ikhwahfillah, Hamba yang dekat dengan Allah itu adalah hamba-hamba yang darmawan. Karena itu rasulullah saw ketika ditanya ya Rasul tunjukkan kepada kami karakter utama yang sangat dekat dengan Allah. Rasulullah menjawab, hamba-hamba yang belas kasih, hamba-hamba yang darmawan, sangat dicintai oleh maha penyayang.

Karena itu hamba yang beriman tau persis  hidup ini hanya sebentar, kita akan hidup di akhirat nanti selama-lamanya, kehidupan akhirat itulah sebenar-benarnya kehidupan. Inilah yang membuat orang beriman sangat darmawan, itu menjadi karakter utamanya.
Dalam Al Baqarah:254
“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat, kecuali orang-orang yang berinfaq.
Penerang di alam kubur, lentera di akhirat nanti, dan itulah yang dibawa.

Selamat Hari Guru

Selamat hari guru..
Tetaplah menginspirasi...
Karena jika emas itu kadarnya adalah karat, manusia kadarnya adalah manfaat..
Tetaplah memberi manfaat untuk orang banyak terutama mereka yang butuh perhatian khusus di daerah yang tak tersentuh belaian pemerintah.

Ribuan jempol dan apresiasi luar biasa buat mereka para lulusan sarjana yang rela mengeyampingkan tawaran-tawaran beasiswa luar negeri, tawaran-tawaran pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan, datang ke daerah pedalaman negeri, dengan membawa visi bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan setara dengan anak yang lain, tanpa membedakan ras, golongan, ataupun tempat.

Pendidikan di daerah perbatasan, pedalaman, atau apapun itu namanya mungkin bisa saya katakan "Mengerikan"
Bukan mengejek tapi begitu kenyataannya.

Sekali terimakasih buat para guru, guru yang mengenyampingkan berbagai macam materi, guru yang rela menjadikan dirinya bukan guru elit malah guru pelosokers.. Ingat kadar kita adalah manfaat.

Sebaik-baik umat adalah mereka yang bermanfaat untuk yang lainnya.
Terima kasih kepada guru-guru yang mengajarkan segala hal kepada saya.
Selamat Hari Guru!!!!

Keep inspiring Guru-Guru Indonesia!!!

Kamis, 03 November 2016

Kepemimpinan Dalam Islam

Alhamdulillah sudah masuk awal November. Yaps, ini bakal jadi tulisan pembuka di bulan ini. Hehehe. Ya Allah semoga bisa tetap istiqomah menulis, walau tulisan tak sebanding dengan penulis-penulis hebat disana. Paling tidak keinginan berbagi sesuatu dan ingin menebar manfaat sebanyak-banyaknya buat yang lain tetap ada dalam hati ini.

Kepemimpinan Dalam Islam.
(Ustadz Mizan Qudsiyah)

Kali ini ingin berbagi apa yang telah disampaikan sang ustadz tentang kepemimpinan. Apalagi akhir-akhir ini sangat banyak kicauan-kicauan luar biasa tentang kepemimpinan di negara tercinta ini. Ada negatif ada positif, ada saling sikut, ada saling menopang, dll. Ya tapi tulisan ini akan berbicara tentang sisi lainnya dari polemik kepemimpinan yang lagi hot saat ini hehehe.

Pada zaman sekarang ini banyak sekali perselisihan dan perdebatan yang tak habis-habis untuk dibahas. Si A berkata yang ini, si B berkata yang itu, si C berkata bukan yang ini ataupun itu, dsb. Keegoisan, percaya diri yang tinggi hingga bermuara pada perasaan kalau dialah yang paling benar pun bermunculan di muka bumi. Astaghfirullah.

'Alaikum bi sunnah.

Kembalikan semuanya ke sunnah, sudah clear, tak perlu dipermasalahkan.

Pada zaman Rasulullah saw, proses pemilihan pemimpin berbeda dengan saat ini. Proses pemilihan pemimpin ada 2 cara waktu itu. Yang pertama adalah penunjukan pemimpin oleh pemimpin yang saat itu menjabat. Ini terjadi ketika Abu Bakar menunjuk Umar bin Khattab untuk menjadi khalifah berikutnya. Yang kedua adalah penunjukan pemimpin oleh sekelompok orang. Ini terjadi ketika Umar menunjuk 6 orang pada saat itu untuk memilih pemimpin berikutnya yaitu Utsman.

Proses pemilihan tersebutlah yang dijalankan kala itu dan merupakan metode syari'i yang sebenarnya harus diterapkan. Pada saat ini bisa dikatakan pemilihan kita tergolong pemilihan yang tidak syari'i atau disebut keterpaksaan.

Tapi...

Ada satu hal yang sebagian orang melupakannya. Ketaatan kita kepada Ulil Amri (Pemimpin) merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasulnya. Telah dijelaskan dalam Surat An-Nisa:59 untuk kita agar menaati pemimpin.

Pemimpin adalah sosok yang harus kita taati kecuali dalam hal kemaksiatan. Memang benar taatnya kita kepada pemimpin merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi ingat dalam perbuatan ma'ruf bukan kemaksiatan.

Kita tidak boleh membangkang terhadap seorang pemimpin. Taatilah dia, terlebih dalam kebaikan.

"Terus kalau dia pemimpin yang mengarahkan kita pada kemaksiatan?"

Kita boleh melakukan kudeta terhadapnya. Dan harus kita ingat, dikarenakan banyaknya mudharat yg ditimbulkan dari suatu kudeta, kudeta adalah opsi terakhir untuk itu.

"Menasehati pemimpin"

Kita berhak atau menyampaikan apa yang harusnya disampaikan ke pemimpin kita. Tapi siapa yang ingin menasehati pemimpin /penguasanya, menasehatinya dengan cara empat mata atau tanpa terang-terangan di depan umum adalah pilihan dan cara terbaik untuk itu.

"Siapa yang melihat kemungkaran, cegahlah dengan tangan kalian, jika tidak bisa cegahlah dengan lisan kalian, jika tidak bisa juga, cegahlah dengan hati kalian, dan itu adalah selemah-lemah iman".

"Sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai kalian & kalian mencintainya, yang menghormati kalian & kalian menghormatinya".

Beberapa ucapan Rasulullah kepada kaummnya yang diriwayatkan oleh beberapa hadits yang seharusnya bisa menjadi intropeksi bagi kita semua dalam problematika kepemimpinan saat ini.

Ketika pemimpin kita adalah seorang muslim, bencilah amalannya jika dia melakukan sesuatu yang salah, tapi bukan orangnya, dan tetap taati dia karena dia adalah pemimpin kita selagi dalam koridor yang bukan kemaksiatan.

Ketika pemimpin kita adalah seorang non muslim, banyaklah beristighfar, karena tidak Allah beri kekuasaan kepada orang kafir melainkan karena orang muslim itu sendiri.

Sahabat-sahabatku, sungguh banyak kita saat ini terlalu banyak meminta kepada pemerintah, tahunya hanya mengomentari saja, tanpa ada action yang jelas. Stop terlalu banyak meminta pada pemerintah tapi mintalah pada Allah. Sungguh Allah sangat senang ketika umatnya datang kepadaNya dengan segala macam permintaan, terus kenapa ragu minta kepada Allah, Allah tak pernah membatasi permintaan umatnya.

Bismillah, semoga tulisan ini bermanfaat untuk semuanya, ambil positifnya, buang negatifnya. Ini hanya sedikit pemikiran kecil dari saya dari ceramah yang saya tonton di youtube. Maklum jauh dari peradaban hingga sulit untuk mendatangi majelis-majelis ilmu.

Bersiap menuju aksi 4 November.
Semoga tidak terprovokasi akan tindakan-tindakan anarkis.

Sungai Tawang, 3 November 2016.
Kalimantan Barat.
Julius Tan.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Bagaimana dengan Sholatku

Dalam suatu hadist dijelaskan, ada 3 amalan yang paling dicintai oleh Allah swt. Amalan itu adalah sholat di awal waktu, berbakti kepada orang tua, dan orang yang berjihad di jalan Allah.

“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (QS. Al-Baqarah: 238)

Kali ini mungkin saya akan berbagi sedikit tentang sholat di awal waktu. Dalam surat Al Baqarah:238, kita telah diperintahkan oleh Allah untuk dapat memelihara sholat kita dan melaksanakannya dengan khusyuk. Banyak dari kita terlena dengan kegiatan-kegiatan duniawi. Bahkan kegiatan duniawi membuat kita menunda-nunda sholat, mengerjakannya ketika di penghujung waktu. Padahal telah dijelaskan bahwa sholat di awal waktu adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah. Tapi masih banyak pula yang terlena akan cinta dunia, dia mendahulukan pekerjaan duniawinya atas suruhan pimpinannya dibandingkan suruhan penciptaNya, bahkan tak sedikit yang lalai hingga begitu mudahnya meninggalkan sholat.

Tahukah kita, Imam Syafii pernah berkata bahwa, "Sholat di awal waktu itu lebih baik dibandingkan sholat di akhir waktu." Sholat di awal waktu itu dapat menjaga seseorang dari kesibukkan yang membuatnya lalai dan juga kelupaan.

"Aku akan sholat setelah pekerjaan ini, aku akan mengerjakan ini dulu baru sholat, bla bla bla...."

Dan akhirnya dia lupa kalau waktu sholat telah habis ketika pekerjaannya usai.

"Aku terlalu lelah, mungkin tidur sebentar lebih baik, mumpung waktu sholat masih panjang."

Dan akhirnya dia tertidur hingga waktu sholat telah berakhir.

Astaghfirullah.
Kita mungkin tak berniat untuk meninggalkan sholat di waktu itu, tapi setan lebih tahu celah-celah dimana dia bisa menguasai kita untuk membuat kita lalai.

Dalam suatu hadits diceritakan bahwa Rasulullah saw, pernah sholat di dekat kandang kambing, demi menjaga sholat di awal waktu.

MasyaAllah, waktu itu diceritakan bahwa Rasulullah tengah memotong-motong tulang, namun ketika waktu tiba, ia berhenti dan meninggalkan pekerjaannya, lalu bersegera melakukan sholat

Wallahu a'lam bish shawaf..
Mari kita perbaiki sholat kita, perbaiki management waktu kita, bukan pekerjaan yang mengatur waktu kita, tapi kita yang mengatur waktu pekerjaan kita. Pandailah memilah-milah mana yang menjadi prioritas.
Aaminn.

Selasa, 11 Oktober 2016

Tulis Ceritamu. Abadikan Momentmu.


Awal mula nulis sih karena disarankan oleh orang aja sih.
"Ya karena dakwah itu gak hanya lewat ceramah".
Itu sih awalnya, lama-lama bertransformasi menjadi tulisan-tulisan tentang diri sendiri, pengalaman-pengalaman hidup yang terekam dalam tulisan, supaya nanti punya cerita untuk diceritakan ke anak, karena kadang kita pun lupa cerita dan pengalaman unik kita selama hidup loh. Dan makin meninggi, manatau jadi orang sukses nantinya, paling tidak kan udah punya biografi untuk dijadikan buku lalu dipublish deh. Hehehe ini impian sih. Hehehe.
Tulisan ini juga jadi ajang kreatifitas dalam penyaluran bakat, walau kadang memaksa bakat-bakat nulis puisi ataupun cerpen hehe.
Dan luar biasanya lagi, tulisan juga jadi tempat curhat, tempat untuk melampiaskan unek-unek hati, bahkan kadang manjadikan kegalauan menjadi tulisan dan motivasi luar biasa. Ya yang pada akhirnya serasa orang paling kuat dalam mengalami kerasnya hidup. Hehehe.
Ya walaupun tulisan tak sebagus penulis -penulis terkenal. Ya paling tidak bisa memotivasi diri sendiri dari tulisan sendiri. Hehehe.
Yuk nulis lagi.

Edisi promosi blog. 😂 hahaha
juliusguoyou.blogspot.com
Mudah-mudahan istiqomah untuk menulis.

Minggu, 09 Oktober 2016

Apa Rahasiamu Wahai Maghrib

Ada yang aneh dengan waktu maghrib. Ketika magrib tiba, banyak orang yang tak lupa akan waktu itu. Alhamdulillah di waktu magrib orang berbondong-bondong ke masjid, mencoba menghentikan segala aktifitas di luar rumah. Mengajak satu sama yang lain untuk bisa berjamaah di masjid, bahkan anak-anak kecil begitu antusias untuk bisa sholat magrib.

Maghrib punya rahasia yang tak kutemukan hingga sekarang. Ia bisa begitu menarik banyak orang untuk beribadah di waktu itu. Tua muda, kaya miskin, semua tertarik untuk ibadah di waktu magrib.

Tapi banyak pula yang lupa, kalau sholat bukan hanya di waktu magrib. Shubuh, Dzuhur, Ashar, Isya sebegitu tidak menariknya kah kalian, hingga banyak yang melupakan waktu itu. Bukankah sholat sunnah 2 rakaat sebelum shubuh seperti memiliki dunia seisinya. Bukankah Allah janjikan pula akan manfaat-manfaat sholat yang waktunya berat untuk kita kerjakan seperti ashar dan isya.

Waktu lain tak kalah amalan dan pahalanya dibandingkan sholat maghrib, tapi tetap saja dia kalah peminat dibandingkan magrib. Aku teringat akan cerita guru agamaku di waktu SD.

"Kalian jangan hanya sholat di waktu magrib saja, itupun karena disuruh orang tua", begitu singkatnya kalimat dari beliau.

Dan baru saat ini sepertinya ada perasaan mengganjal dalam pernyataan itu. Seorang anak akan sholat maghrib ketika ada suruhan dari orang tuanya. Lalu secara tidak langsung orang tua hanya peduli dengan anaknya ketika waktu maghrib. Astaghfirullah. Lalu di waktu yang lain orang tua lalai untuk mengingatkan dan mengarahkan anaknya untuk sholat.

Wahai maghrib, apa rahasiamu hingga kau bisa menghipnotis banyak orang bahkan menjadikan mindset mereka kalau kau itu spesial, sangat spesial.

Sedih hati ketika melihat keramaian jamaah hanya ada di waktu maghrib. Lagi-lagi maghrib menunjukkan aksinya dalam waktu perlombaan dalam berbuat kebaikan. Padahal maghrib juga waktu dimana kita akan merasa lelah setelah bekerja tapi tetap banyak peminatnya.

Teman-teman, sholat adalah pertanyaan yang akan ditanyakan pertama kali kepada kita di akhirat kelak. Sholat kita bukan hanya 3 rakaat di waktu maghrib. Kita punya kewajiban lain selain waktu maghrib. Ketika shubuh, rasa kantuk menjadi alasan. Ketika dzuhur, tidur siang dijadikan alasan. Ketika ashar, kerjaan dijadikan alasan. Ketika isya, lelah dijadikan alasan

Astaghfirullah, semoga kita tidak membeda-bedakan waktu untuk kita melaksanakan sholat. Sholat bukan hanya maghrib saja. Remember it.
Bismillah luruskan niat, berat dan malas itu tergantung kita menyikapinya.
Semoga bisa mengetuk hati saya sendiri dan kita semua. Aamiin.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Pohon Cita-Cita

Dalam suatu keluarga, ada 3 bersaudara terlahir dalam keluarga tersebut. Yang paling besar namanya Diki, yang kedua bernama Dini, dan yang ketiga bernama Didi.
Suatu hari, mereka ditanya akan cita-citanya. "Nanti ketika kalian besar kalian mau jadi apa?" Didi menjawab, "Aku ingin menjadi pengusaha yang sukses". Lalu Dini membalasnya, "Aku ingin menjadi seorang dokter gigi". Dan yang terakhir Didi menjawab, " Aku ingin menjadi seperti ini saja". 15 tahun kemudian, Didi telah mencapai apa yang dicita-citakan, dia menjadi pengusaha luar biasa, begitu juga dengan Dini, dia menjadi seorang dokter gigi yang dipercaya banyak orang. Sedangkan Didi, dia tidak menjadi apa-apa. Dia hanya pasrah akan apa yang ia punya.

Tentukan cita-citamu dan arah hidupmu mulai dari kecil, mereka yang tak punya cita-cita dan tujuan hidup hanya akan berjalan tanpa arah yg pasti dan tanpa semangat perjuangan. Cita-cita mungkin akan berubah beriring dengan waktu mungkin ada juga yang tidak. Yang terpenting kita tau apa yang kita cari dan apa yang kita tuju.
Ayok tulis cita-citamu di pohon cita-cita. Tempel di dinding kelas agar kita liat setiap harinya anak-anak. 😀

Materi hari ini.
"Aku dan Cita-citaku"
#SDTunasSejahteraSungaiTawang

Sabtu, 01 Oktober 2016

Malam Ini Begini, Malam Berikutnya?

Malam ini malam penantian dalam 1 minggu.
Berharap cepat datang dan tak ingin cepat pergi.
Waktu berhentilah untuk malam ini.
Biarkan terasa bagaikan seribu malam.
Otak sudah penuh dengan berbagai macam rumus dan kunci permasalahan.
Kukendarai kuda besiku melalui malam.
Hanya demi batangan-batangan di pojok layar kotak elektrik ajaibku.
Ini tak bisa didapat kalau berdiam di tempat peristirahatan.
Bermodal jaket tebal. Cussss.
Layaknya terdampar di ujung dunia bertahun-tahun lamanya.
Aku tak bisa lari dari kotak ajaib ini.
Dia menghipnotisku agar tidak melalui malam ini begitu saja.
Gelap malam terkalahkan oleh terang bulan dan bintang.
Oh indahnya malam.
Bagaimana aku melewatkan kesempatan 1 malam ini.
Aku tak akan beranjak begitu cepat.
Ditambah kesendirian dalam tidurku.
Oh.. entah sampai kapan.
September telah berakhir, selamat datang Oktober.
Aku menunggu akan waktu dimana kutinggalkan semua ini.
Aku tak mau hanya menunggu 1 malam dalam 1 minggu.
Ya.. setiap malam.
Bukan karena kesendirian, tapi karena adanya tempat dimana kita selalu dinanti untuk bisa menemani.

1 Oktober 2016
Menara Api STWE

Jumat, 30 September 2016

Chen Guo You

Penyesalan akan suatu nikmat terjadi, ketika kita kehilangan kenikmatan itu dan selama kenikmatan itu ada, kita tak pernah bersyukur dengan itu. Perpisahan takkan bisa terelakkan, setiap orang pasti akan merasakan perpisahan. Tapi ingatlah, perpisahan itu akan digantikan dengan sebuah pertemuan baru. Pensyukuran akan nikmat sekecil apapun itu penting. Jika kita bersyukur bukankah Allah akan menambah nikmat yang Ia berikan.

Alhamdulillah sampai saat ini aku masih dihadirkan sepasang orang tua yang luar biasa dan bisa merasakan kasih sayangnya walau dari kejauhan. Sungguh tak terbalaskan apa yang telah kalian berikan selama ini ma, pa.

Tahukah kalian ma, pa, akan kemaluan diriku tentang nama yang kalian berikan. Astaghfirullah. Maafkan aku, yang tak pernah bersyukur akan nama ini waktu itu. Padahal, dengan nama unik ini, orang akan mudah mengingatku. Julius Tan, nama yang mungkin jarang atau mungkin tidak ada, bernama tersebut dengan gelar pria muslim. Ditambah lagi dengan fisik yang tak mendukung pula untuk dikatakan seorang muslim hehehe.
Abaikan itu semua, karena sudah sempat saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya "My Name is Julius Tan".

Bagi keturunan Tionghoa, mereka mempunyai nama tersendiri yang diberikan oleh orang tuanya selain nama yang tetera di akte kelahirannya. Kurang tahu juga sih sejarahnya gimana, maksud dan tujuannya juga kurang tahu. Hehehe.

Alhamdulillah dibalik nama Julius Tan ini, sebagaimana keturunan Tionghoa lainnya, saya juga punya nama Tionghoa. "Chen Guo You". Itulah nama kedua saya hehehe. Aneh dan sulit dibaca sepertinya ya. Akun-akun media sosial saya yang mungkin ada saat ini, pasti mengikut sertakan guoyou dibelakangnya. Akun ig, twitter, fb, dll masih menggunakan nama @juliusguoyou (bukan promosi) 😂. Dari dulu banyak yang bertanya apasih yang ada dibelakang namamu?, atau Julius Guoyou ya nama lengkapmu, dll. Bahkan mungkin ada yang menganggap alay banget ya aku ini, ada guoyou guoyounya.

Sungguh, niat awal itu adalah karena supaya namanya tidak terlalu pendek di media sosial gitu. (Simple kan 😅). Cuman ketika ditanya, aku tidak memberikan jawaban tujuan dan maksud nama unik dibelakang itu. Ya mungkin kali ini saat yang tepat untuk mengungkapkannya.

Chen Guo You, mungkin nama ini mirip seperti pemain-pemain bulutangkis Tiongkok, seperti Chen Long gitu salah satunya hehhe. Ya "Chen" itu adalah sebuah marga yang diturunkan oleh bapak ke anaknya. Atau mungkin kalau dalam bahasa Indonesia sering disebut "Tan". Ya seperti Sofyan Tan juga, dll. Tapi sunggu seperti Chen Long atau Sofyan Tan, kami bukan saudara kandung, tapi insyaAllah kehebatan saya tak kalah dengan mereka. Aamiin. Hehehe

Oke lanjut lagi dengan "Guo". Guo dalam bahasa mandarin yang dimaksud adalah "Negara". Chen Guo You. "You" dalam bahasa mandarin berarti "Sahabat". Ya bisa ditarik kesimpulan, nama kedua yang saya sandangi itu artinya adalah negara yang bersahabat. Nama ini diberikan oleh papa, karena papa yang masih ada garis keturunan Tionghoa. Mungkin si mama juga tidak terlalu mengerti akan nama kedua yang kumiliki ini.

Negara bersahabat. Emm, mungkin si papa berharap anaknya ini bisa besar seperti sebuah negara pada umumnya, dan merupakan negara yang bersahabat, negara yang punya sahabat di seluruh penjuru dunia. Aamiin.

Terimakasih atas nama yang telah kalian berikan kepadaku, ma, pa. Mudah-mudahan nama ini berkah untuk saya. Mudah-mudahan Allah izinkan saya untuk membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untukku. Aamiin.
InsyaAllah anakmu ini akan seperti sebuah negara, ya negara yang berperan penting akan seluruh umat di kawasannya, dan yang tentunya bersahabat dengan yang lain.

Sabtu, 24 September 2016

TAK SEMUANYA UNTUKMU

Hari ini ada kejadian luar biasa. Saya bisa duduk di kereta yang saya naiki dari Bogor.

Yang luar biasa bukan saya. Yang luar biasa adalah keretanya. Di luar kebiasaan agak telat datang dari dipo. Di luar kebiasaan pintunya berhenti tepat di depan saya berdiri.

Tapi entah mengapa, karena luar biasa, jadi ada rasa aneh yang tidak biasa.

Kenapa saya bisa duduk? Biasanya tidak. Pasti ada skenario Allah yang indah.

Pertanyaan tersebut terus hadir diiringi keyakinan akan ada sesuatu namun tak tahu itu apa.

Lalu jawabannya hadir pada satu stasiun setelah Bogor.

Jawabannya ada pada seorang ibu dan anak yang naik di stasiun Cilebut dan tidak mengarah ke bangku prioritas. Dia mengarah ke diriku dengan pandangan yang seakan berkata "ini jawaban atas pertanyaanmu".

Ya, Allah lah yang membuat aku duduk untuk kemudian membagi rezeki tersebut kepada ibu dan anaknya.

Tak semuanya untukmu..

Apa yang ada pada dirimu, apa yang kau rasakan, apa yang kau miliki memang sepenuhnya bukan milikmu..

Ketika kau memiliki pekerjaan yang lebih baik dibandingkan rekanmu yang lain, artinya ada tuntutan prestasi yang harus kau berikan dibanding rekanmu yang lain.

Ketika jabatanmu lebih baik dibandingkan yang lain, artinya ada kontribusi yang harus kau lakukan dibanding rekanmu yang lain.

Ketika begitu banyak harta dan kesenangan yang Allah titipkan kepadamu, artinya ada bagian yang banyak juga untuk para anak yatim dan fakir miskin.

Ketika gelar akademikmu lebih banyak dibandingkan yang lain, artinya ada ilmu yang harus kau bagi kepada yang lain agar ilmu tetap hidup dan bermanfaat.

Dan ketika buah hatimu lebih banyak dibanding yang lain, artinya lebih banyak waktu yang harus kau beri untuk menyayangi dan mendidik mereka

Tak semuanya untukmu..

Bahkan ketiadaan yang ada padamu pun tak semuanya untukmu..

Ketika jabatanmu belum setinggi yang lain, artinya ada rizki orang lain yang lebih sesuai dan dibutuhkan melalui jabatan tersebut.

Ketika kau menaiki kendaraan umum karena Allah belum titipkan kendaraan pribadi untukmu, artinya ada rizkimu yang menjadi bagian rizki supir angkot, tukang ojek atau tukang becak.

Ketika rizkimu tak begitu cukup untuk makan di restoran mewah, artinya ada rizkimu yang menjadi bagian para pemilik warteg dan pedagang kaki lima yang sangat berharap dengan kedatanganmu diwarungnya.

Ketka kau tak bisa belanja bulanan di supermarket yang lengkap karena rizkimu tidak bulanan, artinya ada pedagang kelontong sekitarmu yang mengharapkan sebagian dari rizki harian yang kau dapatkan.

Ketika buah hati tiada hadir bertahun-tahun, artinya ada rizki, perhatian dan kasih sayang yang menjadi bagian saudara2mu atau mungkin anak2 jalanan yang sedang kau bina.

Tak semuanya untukmu..

Karena pada hakikatnya semua itu adalah titipan yang harus dipertanggungjawabkan. Dari mana kau dapatkan dan untuk apa kau habiskan..

🌹
Catatan dari group sebelah.

Minggu, 18 September 2016

Pelosokers

Kehidupan para pelosokers sangatlah berbeda dengan para kotaers.

Pelosokers adalah mereka yang tinggal di daerah jauh dari jangkauan apapun.

Pelosokers adalah mereka yang merasakan kebahagiaan ketika dapat sinyal, apalagi kalau ada huruf H+ dibagian atas hp mereka.

Pelosokers adalah mereka yang memilih belanja kebutuhan pokok berjam-jam demi mendapatkan harga-harga yang lebih murah.

Pelosokers adalah mereka yang senang sekali bisa melewati jalan aspal.

Pelosokers adalah mereka yang selalu menggantungkan hp nya di posisi yang lebih tinggi di rumahnya supaya mendapatkan sinyal.

Pelosokers adalah mereka yang merasa akan mengeluarkan air mata kebahagiaan kalau akan segera cuti ke kampung halaman.

Pelosokers adalah mereka yang selalu menanti-nanti paketan datang, baik dari belanja online, kiriman orang tua, atau kiriman dari yang lain. *emm

Pelosokers adalah mereka yang merasa sangat puas kalau bisa isi ulang bensin motornya di pom bensin.

Tapi..

Pelosokers lah yang merasakan nikmatnya udara segar sepanjang hari.

Pelosokers lah yang merasakan pemandangan-pemandangan indah luar biasa yang tak di temui di kota.

Pelosokers lah yang merasakan dirinya paling kaya kalau uda ke kota, padahal hanya perasaannya aja, karena bisa hemat kalau di pelosok soalnya gak ada yang bisa dibeli hahaha, walau banyak yang kaya di kota sebenarnya.

Pelosokers lah yang merasakan ketimpangan sosial yang harusnya tak terjadi.

Pelosokers lah yang merasakan kenyataan kalau kesejahteraan rakyat itu benar-benar tidak merata.

Emm. Ya walaupun banyak negatifnya dari yang diceritakan tentang kehidupan para pelosokers, intinya kembali bersyukur atas nikmat yang tak ternilai yang sudah kita diberikan ke kita oleh yang Maha Kuasa.

Gaji sedikit, ya cukup aja, walau merasa kurang.
Gaji sedang ya cukup aja, walau kadang merasa kurang.
Gaji banyak ya cukup aja, walau kadang merasa ada sedikit yang kurang.
Gaji sangat banyak ya cukup aja, walau sesekali merasa kurang sip.
Gaji sangat sangat banyak ya cukup aja, dan tetap merasa ada yang kurang.

Berapapun gajinya, berapapun uang kita, tetap sama saja di mata Allah. Manusia pada hakikatnya gak pernah puas dapat 1 ingin 2, dapat 2 ingin 3, dan seterusnya.

Bersyukur dulu, bersyukur lagi, bersyukur terus. Bersyukur deh pokoknya. InsyaAllah semuanya jadi indah, mau tinggal di kota ataupun pelosok, insyaAllah sama. Yang penting bersyukur. 😊

Jumat, 16 September 2016

Selamat Tinggal Celana Pendek

Hampir 2 tahun berkarir dengan celana pendek, 15 November 2014 - 31 Agustus 2016, akhirnya per 1 September 2016 celanaku kembali panjang lagi. Kalau boleh jujur, sebenarnya sudah jadi beban sejak awal jadi asisten agronomi yang memaksakan staffnya untuk menggunakan celana pendek. Alasannya begitu sederhana, yaitu ketika berada di lapangan, kita akan merasa risih apabila gulma-gulma di areal kita begitu tinggi dan semak karena otomatis akan melukai kaki kita yang tak ditutupi oleh kain celana. Ya tujuannya adalah agar kita sadar akan kondisi kebun kita, jangan sampai gulmanya begitu dominan.

Kelihatannya lutut itulah yang membuat ada sedikit rasa bersalah terhadap diri sendiri. Ketahuan kita akan larangan itu tapi tetap melakukannya itu membuat perasaan gundah gulana mungkin ya. Mau menentang aturan tapi tidak punya keberanian dan merasa kalau kita butuh pekerjaan ini, apalagi merupakan upaya balas budi akan pendidikan yang diberikan, membuat kita mau tak mau harus menjalaninya.

Alhamdulillah, Allah ternyata punya skenario lain untukku saat ini, mungkin keinginan untuk hengkang dari dunia persawitan ini di hold dulu karena masih ada 3 tahun ikatan dinas yang harus dijalani hehehe. Allah memberikan pergeseran pekerjaan dari yang semulanya di lapangan menjadi di kantor. Staff RC/GM, ya Alhamdulillah dengan amanah itu, celana pendekku pun kutinggalkan. Positif dan negatifnya pastilah ada, walaupun harus memaksa kita untuk lebih sering begadang dengan data-data, ditambah lagi tidak terbiasanya badan dengan kondisi AC 1 harian full, yang penting celana panjanglah yang kupakai sekarang. Alhamdulillah lutut telah bersembunyi dibalik kain celanaku.

Makasih ya Allah, semoga ini skenario terbaikMu untukku saat ini, semoga aku bisa ikhlas dan bersyukur menjalaninya. Selamat tinggal celana pendekku.

Senin, 12 September 2016

Ketakutan Akan Masa Depan

Takut akan masa depan adalah hal yang wajar. Ketika kita duduk dibangku sd, kita takut tidak bisa masuk di smp idaman kita, ketika kita duduk dibangku smp, kita takut tidak bisa masuk sma idaman kita, ketika kita duduk di bangku sma, kita takut tidak bisa masuk universitas idaman kita. Bahkam ketika kita sudah memasuki masa perkuliahan kita mulai cemas akan kehidupan pasca kuliah. Mau lanjut pendidikan, kerja, bisnis, atau apapun itu. Ketakutan akan masa depan yang tak sesuai dengan harapan.

Kecemasan dan ketakutan adalah suatu modal ataupun alasan untuk tidak sukses di masa depan. Semua pasti merasakannya, tanyalah diri anda, benarkah ada ketakutan akan masa depan? Kalau ditanya ke saya, saya akan menjawab dengan cepat "Ya". Beban kepercayaan orang tua dan kebanggaan yang tak ingin kita kecewakan. Sungguh benar-benar berat tanggung jawab itu.

Tapi tahukah kita, hal-hal itu sebenarnya tak perlu kita cemaskan. Dalam suatu pembicaraan saya dengan seorang teman, waktu itu saya bercerita akan peliknya hidup ini, kehidupan jauh dari peradaban, ketidaknyaman dalam pekerjaan, masa depan yang tidak tau mau dibawa kemana, dll. Ya tepatnya lagi-lagi ketakutan akan kehidupan ini dan masa depan.

"Yang harusnya kita takutkan adalah kalau ketaqwaan kita tidak bertambah sedikitpun kepada Allah, bukan malah ketakutan kalau kita jatuh miskin, ketakutan kita tidak bisa sukses, ketakutan bisnis kita gagal, ketakutan dimarahin oleh atasan, dsb".

"Sulit mendapatkan pekerjaan, gaji kecil, tidak ada promosi", buat apa kita kita takut, rezeki kan sudah Allah yang mengatur, yang penting kita berusaha, insyaAllah Allah akan mencukupkan kebutuhan kita.

"Belum mendapatkan jodoh, ada yang mau nikah dengan kita atau tidak", buat apa kita takut, kita diciptakan berpasang-pasangan, yang baik untuk yang baik, dan yang buruk untuk yang buruk.

Kembali lagi, yang harusnya kita takutkan adalah ketaqwaan kita kepada Allah, sudah bertambah belum amalan kita dari hari sebelumnya, sudah lebih baik belum kita dari sebelumnya.

Allah punya skenario yang indah untuk kita, untuk umatnya. Kita hanya diminta untuk berusaha dan terus berusaha. Tak perlu takut akan masa depan, takutlah akan ketaqwaan kita. Ketaqwaan kita yang tak bertambah, malah semakin hari semakin menurun.

Reminder buat diri saya sendiri, dan untuk kita semua.
Jazakallah khairan katsir atas pencerahannya  kakanda Fuad Mustaqqim. Semoga ketakutan akan ketaqwaan ini membuat kita semakin rajin beribadah. Aamiin.

Sabtu, 27 Agustus 2016

Pejuang Pendidikan Pinggiran Indonesia

Jalan setiap orang tidak lah sama, terlahir ke dunia ini bukan kitalah yang memilih mau jadi apa dan seperti apa. Menjadi apa nantinya barulah kita yang memilih.

Alhamdulillah dikasih kesempatan belajar untuk bisa memahami, mengerti akan banyaknya perbedaan antar sesama kita. Lagi-lagi banyaknya dari kita selalu melihat keatas dan tak pernah melihat bahkan menoleh kebawah. Yang pada akhirnya rasa syukur itu hilang.

Dunia pendidikan selalu dihebohkan akan segala macam prestasi-prestasi siswanya. Itu luar biasa, siapa yang tidak senang akan prestasi dari putra putri bangsanya. Sistem ajar mengajar berubah setiap waktu dengan berbagai macam alasan kebutuhan atau apapun itu. Ya alhamdulillah pendidikan selalu berbenah diri akan itu, berharap tidak mau tertinggal dari negara-negara tetangga.

Tapi dibalik kesibukkan hal-hal seperti itu, kita hampir melupakan kalau pendidikam itu bukan hanya untuk mereka yang berada di kota, untuk mereka yang berkecukupan, untuk mereka yang memang punya kemampuan intelektual yang cukup. Pendidikan untuk semua orang, bukan untuk mereka saja.

Indonesia bukanlah negara yang warganya hanya di kota-kota saja. Masih banyak warga Indonesia yang berada di daerah-daerah perbatasan yang jarang tersentuh bahkan terfikirkan oleh pemerintah. Maaf, mungkin terfikirkan tapi no action, hanya sekedar wacana. Kita harus buat ini, kita mau seperti ini blablabla..

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, para guru dan orangtua, para cendikiawan. Para pemuda, para pelajar, siapapun itu, semua warga negara harus ambil bagian dalam dunia pendidikan Indonesia. Kita harus bisa jadi agen perubahan untuk pendidikan Indonesia. Terimakasih buat sm3t, indonesia mengajar, dll atas dukungan nyatanya untuk pendidikan Indonesia, semoga bisa istiqomah dan semakin banyak aksi-aksi nyata dari para kreator Indonesia. Aamiin.

Terimakasih buat kesempatan untuk bisa merasakan menjadi seorang guru, walaupun bukan profesi sebenarnya mudah-mudahan bermanfaat ya ilmunya anak-anak. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya. Hidup untuk pendidikan perbatasan Indonesia!!! 😀 #SDTunasSejahteraSungaiTawang
#SungaiTawangEstate

Rabu, 17 Agustus 2016

MERDEKA!!!

MERDEKA!!!
Apasih arti merdeka itu?
Kenapa hari kemerdekaan malah lomba-lomba segala?

Setiap orang punya pemahaman berbeda akan arti merdeka. Ada yang mengatakan itu bebas, plong, sesuka hati gue, apapun itu. Terus buat apa lomba-lombaan segala, buang-buang uang untuk beli hadiah panjat pinang, mendingan uangnya disedekahkan atau dikasih ke yang membutuhkan..

Emm, pernyataan yang sulit untuk dikomentari. Merdeka itu milik semua orang. Semua orang berhak merasakan kebahagiaan akan dampak dari suatu kata yang orang-orang sebut "MERDEKA".

Perayaan ini bagiku adalah gotong-royong, silahturahmi, persaudaraan, nasionalisme, dan tetap ada nilai berbagi di dalamnya. Berfikir positif akan suatu peristiwa itu lebih baik daripada berkomentar keras tanpa adanya tindakan. Ambil baiknya buang buruknya. Selesai masalah.

Hehehe, sedikit basa-basi diatas karena bingung mau ngasih caption apaan. Intinya selamat atas hari ulang tahun republik Indonesia bagi yang merayakan, mohon maaf lahir dan batin, semoga bisa ketemu di 17 an berikutnya, barakallah, semoga kita jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

MERDEKA!!!

Salam dari seluruh staff Sungai Tawang Estate

Selasa, 12 Juli 2016

Bintalis 2012/2013 SMA Negeri 4 Medan

Jazakallah khairan katsir teman-teman Bintalis 2013/2014 untuk hari yang luar biasa tadi. Hari ini aku banyak sekali belajar dari kalian. Persaudaraan, kerinduan, perbedaan, pengertian, ikatan, dan sekawanannya. Berkumpulnya puluhan saudara seiman seperjuangan setelah sekian lama berpisah dalam penuntutan ilmu dan pencarian jati diri sejatinya, itu hal yang luar biasa loh. Iri, sangat iri dengan kalian yang masih tetap saling merindu dalam ketaatan. Kami, kami sulit, bahkan sangat sulit mengumpulkan orang sebanyak itu, padahal ingin sekali rasanya bertemu dengan semuanya.
Kami lah yang mengompori kalian untuk menjaga ukhuwah islamiyah kala itu. Masih ingatkah kalian, teriakan keras "MANA UKHUWAH KALIAN DEK!!!" Hehehehe alhamdulillah kalimat yang mungkin bosan kalian dengarkan saat itu, menjadi sebuah ramuan kerinduan dan rasa ingin tetap bersama yang besar. Hehehe.
Tidak ada mereka yang sempurna, semuanya adalah mereka yang ingin melangkah lebih maju. Saling mengingatkan, saling menasehati dalam kebaikan. Bismillah insyaAllah menjadi hubungan yang sangat baik nantinya. Prinsip menuju islam sejati boleh berbeda, tapi persahabatan tak kenal prinsip setiap orangnya. Jalan menuju Roma tidak hanya 1, masih bgitu banyaknya jalan menuju kesana.
Terimakasih atas pelajaran yang kalian berikan hari ni. Semoga kalian tetap jadi orang yang menginspirasi banyak orang.
Terimakasih pula untuk kue-kue hari ini, semoga tahun depan bisa kesini lagi, dalam acara yang berbeda aamiin..

Sabtu, 28 Mei 2016

Cemburu

Berjalan tak terhitung langkah
Menempuh rangkaian impian tinggi
Kisah tak selamanya indah seperti yang akal fikirkan
Berharap sempurna pada rangkaian kata tamat

Duri di sepanjang jalan mungkin sakit jika diinjak kita
Tapi jangan biarkan sakit itu berlanjut terasakan yang lain

Bendera putih tak layak berkibar bersama dengan lelah
Usap keringat saat lelah, bukan hanya keringatmu
Hapus lelah mereka yang berada sejajar dengan kita

Senyum pun bisa berbohong
Ia menenangkan yang lain tapi tidak untuk dirinya
Asalkan menyamankan yang lain,
Sungguh bijaksana
Tapi cobalah bijaksana pula untuk diri sendiri,
Kadang diri cemburu untuk dimanjakan oleh kita

Rabu, 25 Mei 2016

Jaga Komunikasi

Banyak dari kita menginginkan hubungan yang benar-benar diridhoi Allah tapi masih ternoda dengan hawa nafsu. Komunikasi salah satunya.

"Aku sudah niat tidak mau pacaran", tapi tiap hari nyatain kalau kau adalah wanita yang paling kucintai, -,-

"Aku mau ta'aruf saja dengan dia", tapi ketika ditanya kapan mau silahturahmi ke rumah, jawabannya masih siapkan mental dulu, alasan melulu

"Aku mencintaimu karena Allah, makanya aku selalu ngingatin kamu buat sholat", tapi dianya masih sering ninggalin sholat, edeeeeeeh.

"Aku mau kita bisa jaga interaksi", mintanya jangan tiap hari ketemu, paling tidak malam minggu kita bisa ketemuan, emm itu sih sama aja -,-

"Karena dekatmu keimananku jadi meningkat, jadi tetaplah jadi pengingat akan ibadahku", kalau sudah sah sih gak apa-apa, ini ditanya kapan mau ngelamarnya, jawabannya tahun depan -,- itu sih masih lama.

Astaghfirullah.. kita selalu menginginkan agar cinta kita berlabuh di tempat yang tepat dengan ridhoNya. Mencari keridhoan itu ya harus dengan syariat-syariat yang sudah di syiarkan. Tidak ada yang sempurna, benar, tapi proses untuk selalu menjadi lebih baik yang terus menerus itulah yang diinginkan. Sudah tahu bukanlah pribadi yang sempurna, eh masih saja malas perbaiki diri.

Buat kita yang sudah memiliki niat yang baik akan suatu hubungan, mudah-mudahan Allah selalu menuntun kita ke jalan yang benar, buat kita para pencari kehalalan Allah, hawa nafsu mudah sekali masuk pada mereka yang sedang jatuh cinta, rasa ingin diperhatikan, rasa ingin dicintai, dsb. Tetaplah jaga pandangan, komunikasi, dan interaksi, sekalipun kalian sudah memutuskan proses ta'aruf. Jangan buat ia menunggu lama akan hadirmu, karena hidupnya bukan hanya untuk menunggu.

Minggu, 08 Mei 2016

Seberapa Siapkah Aku Dipinang

Seberapa siapkah aku dipinang? Mungkin tulisan itu lebih terkhusus untuk para akhwat, setelah sebelumnya tulisan "Seberapa siapkah aku meminang" untuk para ikhwan.

Seorang akhwat pada hakikatnya menanti dan menunggu akan ikhwan yang datang melamarnya. Tapi bukan berarti ia tanpa persiapan yang matang. Banyak akhwat berharap setiap harinya agar jodoh segera bertamu ke rumahnya. Tapi sudah seberapa siapkah ia untuk menjamu sang jodoh?

Pernikahan bermula dari kesiapan para calon baik ikhwan maupun akhwat, bukan semata karena ikhwan sudah melamar, maka pernikahan sudah saatnya dilaksanakan. Banyak akhwat saat ini menikah karena sang jodoh terlanjur bertamu, bahkan dipaksakan kesiapannya dengan jarak waktu yang singkat, yaitu dari khitbah menuju akad.

Teman-teman akhwat, persiapan diri ataupun perbaikan diri bukan semata karena kita sudah dikhitbah. Kalau menunggu dikhitbah lalu perbaikan diri? Emm ;$&×*@(#?#

Seorang akhwat nantinya akan menjadi ibu ataupun madrasah awal bagi generasi-generasi berikutnya. Sudah siap belum ilmu-ilmu yang harus diajarkan ke mereka nantinya? Sudah siap belum menjadi contoh bagi mereka nantinya? Sudah siap belum menjadi pendengar setia curhatan mereka? Sudah siap belum menenangkan hati suami nantinya dengan masakan-masakan terlezat sedunia *eh. -,-"

Berkarir bagi seorang ibu nantinya tidak menjadi masalah, berkarir di rumah maupun di luar rumah, yang terpenting kewajiban utama sebagai seorang ibu dan istri jangan di nomorduakan.

"Sudah siapkah aku dipinang?"

Lagi-lagi kalimat ini harus terus dingiangkan di dalam lubuk hati kita, jangan cuman berfikir,

"Kapan aku dipinang?"

Kalau memang sudah siap, insyaAllah akan ada yang bertamu untuk itu, tinggal didiskusikan dengan murabbi nya, insyaAllah dicarikan yang siap dan terbaik nantinya.

"Akhwat meminta? Pantaskah?"

Kenapa tidak pantas? Sah-sah saja kok, insyaAllah jika memang sudah siap menuju proses itu kenapa ditunda? Allah akan mendatangkan jodoh kita di waktu yang paling tepat untuk kita. :)
Perempuan yang baik pasti untuk laki-laki yang baik. Jangan cemas dan takut akan jodohmu yang mungkin saat ini belum datang, insyaAllah ia akan datang dengan persiapan sematang-matangnya, dan tunggulah ia dengan persiapanmu pula yang sematang-matangnya. :)

Minggu, 01 Mei 2016

Pendidikan

Goresan pena takkan pernah habis tertulis pada lembaran-lembaran kertas
Setiap huruf dipersatukan menjadi sebuah kata
Lalu kata dikolaborasikan sedemikan rupa menjadi kalimat
Hingga kalimat berderet membentuk suatu barisan tulisan yang indah.

Hei para pujangga sudah berapa banyak syair yang kalian ciptakan,
Hei para kreator peradaban sudah berapa banyak tulisan pergerakan kalian,
Hei para komentator sudah kah komentar kalian menjadi suatu tulisan yang menginspirasi banyak orang.

Banyak, banyak, sangat banyak.
Tapi sudahkah para generasi muda, sang pendobrak, sang pencetus atau apapun itu benar-benar bermanfaat untuk yang lain.

Kacamata untuk pendidikan negeri ini tak tahu apa warnanya
Setiap tahun berlalu dengan ceremonial megah tapi tak kelihatan nilainya
Negeri butuh pergerakan nyata bukan ceremonial belaka

Kita terlalu bangga akan prestasi segudang segelintir orang
Tapi tak tersentuh akan minimnya prestasi banyak orang

Hei pendidikan, begitu tidak adilnya kah kau dengan yang lain
Masih banyak mereka di ujung negeri ini bermimpi untuk bersekolah, tapi apalah daya
Menuju sebuah sekolah ala kadarnya harus menempuh berjam-jam perjalanan
Bahkan melewati bukit dan sungai

Hari ini hari pendidikan nasional, dan untuk kesekian kalinya kita merayakan ini,
Pertanyaan untuk diri kita masing-masing,
Apa kontribusi kita untuk pendidikan negara ini?

Ujung Borneo, 02 Mei 2016
Kapuas Hulu
(Kalimantan Barat)

Seberapa Siapkah Aku Meminang

Agak sedikit tertawa mengingat akan judul yang kubuat ini. Hahaha. Banyak dari kita terutama mereka yang baru saja menyelesaikan studinya gencar-gencarnya membahas bahkan masuk ke tahapan yang disebut "pernikahan".

Pernikahan bukanlah suatu hal sepele yang pasti kita lalui. Ia adalah moment ataupun titik awal deretan ibadah yang suci. Kita sebagai umat manusia diwajibkan menikah ketika kita sudah siap untuk menikah.

Sudah seberapa siapkah diri kita? Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk meminang seseorang. Tapi jangan juga dikarenakan merasa diri belum siap, hingga menikah menjadi terus-terusan ditunda. Menikah itu adalah salah satu cara untuk bisa menjaga diri. Segerakan menikah, bukan berarti terburu-buru dalam menikah.

Suatu rumah tangga akan menjadi majelis kecil dalam hidup kita. Disanalah kita belajar hal-hal baru, disanalah kita beribadah, disanalah kita saling mengingatkan satu sama lain, disana pula lah kita insyaAllah menghadirkan generasi-generasi terbaik nantinya. Aamiin ya rab. Untuk itu ilmu agama, ilmu duniawi, ilmu sosial, menjadi salah satu yang harus kita terus pelajari.

"Aku belum menjadi seorang ulama, insinyur, ataupun profesor, aku belum mau menikah".

Ada pula mereka yang berada di posisi dengan pemikiran di atas, terus mau menikah dengan sederet gelar tapi umur uda ketuaan?
Emmm sebaiknya dipikirin ulang deh.

Ilmu agama belum cukup? Tapi malas belajar agama.

"Kapan siapnya kalau gitu?".

Nikah itu niatnya diluruskan dulu. Untuk apa dan bagaimana menuju kesananya. Ilmu apapun itu sangatlah luas dan kita hanyalah manusia yang sangat miskin ilmu dibandingkan sang Pemilik Ilmu, tapi semangat untuk terus belajar dan memperbaiki diri itu yang penting. Semoga pula dengan menikah nanti, dipermudah kerja kita, belajar kita, dan ibadah kita.

Oh iya balik lagi, "Sudah Seberapa Siapkah Aku Meminang?"

Buat kalian yang sedang mempersiapkan diri, teruslah belajar dan memperbaiki diri.
Buat kalian yang akan menuju suatu pernikahan, teruslah belajar dan memperbaiki diri.
Buat kalian yang sudah menikah, teruslah belajar dan memperbaiki diri.

Minggu, 17 April 2016

Tanya

Senja telah pamit dari hadirnya hari ini,
Terbesit sebuah pertanyaan klasik untuk kita,
Akankah ia kembali di esok hari untuk menyapa?
Dengan berakhirnya senja ini, sudah seberapa banyak bekal yang telah disiapkan?

Hari ini matahari pun menghilang di ujung Barat langit bumi,
Sudahkah hari ini lebih baik dari kemarin, atau sama saja, atau malah lebih buruk?

Langit malam sunguh indah,
Bintang -bintang berkolaborasi dengan bulan dan awan, bukankah itu indah?
Pernah terbayangkan kah jika indah itu hanya untuk hari ini?

Tuhan, Kau berikan aku nikmat yang luar biasa,
Tapi sedikitpun aku tak pernah bersyukur, bahkan aku terlena,
Aku takut nikmat ini pergi, tapi hanya rasa takut sementara, setelah itu lupa,

Hei iman!!!!
Kenapa kau naik turun!!!!
Aku benci ketika kau membuat aku kuat aku juga benci ketika kau membuat aku lemah!!
Kenapa kau biarkan aku dalam ketidak konsistenan!!

Sendiri, aku takut..
Izinkan aku berada dalam barisan ketaatan, dalam barisan yang selalu menyebut namaMu...

Jumat, 15 April 2016

24 Jam

Setiap orang mempunyai jatah 24 jam yang sama setiap harinya. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang menggunakan 24 jam yang ia miliki menjadi sesuatu yang luar biasa atau malah berlalu begitu saja.

Setiap hari orang terbangun dari tidurnya, bersiap memulai aktifitas dan rutinitas yang ia kerjakan, bermain, bercanda, kemudian istirahat, makan, minum, lalu istirahat, dan ia akan menghadapi lagi hari esok. Begitu lah setiap harinya. Ini adalah rutinitas yang pasti dilalui oleh setiap orang.

Hei kawan, 24 jam yang kita lalui memang adalah jatah waktu yang tidak berbeda setiap harinya dengan yang di dapat oleh yang lain. Tapi banyaknya 24 jam yang diterima tidaklah ada yang tahu ada berapa dan sampai kapan, bahkan Muhammad saw, makhluk di dunia yang paling dimuliakan oleh Allah tidak tahu berapa banyak 24 jam yang Ia miliki.

24 jam memang terlihat pendek, tapi akan terasa lama buat mereka yang menyia-nyiakan 24 jam itu. Kawan, kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita, mungkin sejam lagi, esok, bulan depan, tahun depan, atau kapanpun itu. Sudah siapkah bekal kita akan itu? Kita mungkin masih melihat matahari pagi ini terbit dari Timur, bagaimana esok?

Kalau yang lain memulai harinya dengan terbangun dari tidur, dan memulai aktifitasnya, kenapa kita tidak memulai hari itu dengan tahajud di sepertiga malam, kemudian sholat shubuh di mesjid, menjadi seorang pejuang shubuh.

Kalau yang lain memulai harinya dengan terburu-buru dan tergesa-gesa sampai tak membuatnya duduk bersama dengan keluarga untuk sarapan dengan anggapan itu bisa membuatnya telat sampai ke kantor, kenapa kita tidak memulai hari lebih pagi, sempatkan dirimu untuk bercerita sedikit dan sarapan bersama dengan keluarga. Jangan sampai gara-gara ketakutan dengan si bos, sampai membuat kita bahkan lupa untuk mencium tangan ibu kita, pamit dengan istri, atau keluarga kita.

Kalau yang lain karena fokus dan totalitasnya dalam kerja, menganggap kerjaannya bisa terganggu dengan sholat dhuha, kenapa kita tidak menjadikan dhuha sebagai jurus jitu dalam menyelesaikan setiap masalah dalam kerjaan dan bisnis kita.

Kalau yang lain merasa tidak punya waktu untuk sholat dan tilawah karena jam istirahatnya benar-benar ingin digunakan untuk istirahat, kenapa kita tidak menjadikan sholat dan tilawah itu sebagai bentuk istirahat kita dalam bekerja.

Kalau yang lain merasa ia harus lembur hari ini untuk bisa dapat uang lebih dan bisa membelikan sebuah mainan untuk anaknya, kenapa kita tidak berfikir untuk bisa pulang lebih awal hari ini untuk bercanda dengan anak dan keluarga. Banyak mereka yang bekerja benar-benar fokus mengejar materi dengan tujuan membahagiakan keluarga, eh malah menelantarkan keluarga. Lembur tidak masalah dan semangat kerja itu juga tidak salah. Yang menjadi masalah adalah jangan sampai semangat kita menjemput rezeki itu membuat kita mengabaikan keluarga. Pulang malam setiap hari, ketika pulang, anak dan istri sudah tidur, ketika mereka belum tidur, kita tidak sanggup untuk bermain dan bercerita. Kita bekerja untuk mereka tapi waktu kita tidak ada untuk mereka. Hemm. Ada yang salah bukan?

Kalau yang lain menunda sholat magrib sampai malah meninggalkannya karena ada meeting, pekerjaan yang genting dan ribet jika tidak dituntaskan, kenapa kita tidak mengutamakan sholat itu padahal itu lebih genting dan ribet di akhirat nanti.

Kalau yang lain memilih makan malam di luar rumah karena harus lembur, kenapa kita tidak memilih untuk bisa makan malam bersama dengan mereka yang sudah menunggu di rumah. Bertukar pikiran akan hal-hal yang kita dan ia alami, mendengarkan cerita anak ketika ia bersekolah hari ini, dan membentuk majelis paling tidak dengan suami/istri untuk sharing akan ilmu agama. Mau dibawa kemana sebuah pernikahan jika ia tidak membuat kita semakin taat.

24 jam begitu berarti, sangat berarti, jangan kau siakan waktu itu berlalu begitu saja, jangan sampai ada penyesalan sedikitpun akan 24 jam yang berlalu. Profesi tiap orang mungkin berbeda, cerita di atas mungkin berbeda dengan yang masing-masing alami. Tapi kembali lagi akan 24 jam yang kita habiskan hari ini? Sudah bermanfaatkah buat kita, keluarga kita, dan lingkungan kita?

Kamis, 14 April 2016

Untukmu Yang Sedang Dalam Penantian, Pengharapan, & Ketaatan

Menikah itu menyempurnakan separuh agama. Ia bukan sesuatu yang berlalu begitu saja. Perlu banyak hal yang harus disiapkan, dari bekal ilmu, mental, kedewasaan, hingga materi. Semua orang gencar-gencarnya mencegah zina dengan menikah. Itu baik, tapi tidaklah mudah.

Untukmu yang ingin segera menikah, kalau menikah kalian hanya karena ajang gengsi, ikut perkembangan zaman untuk nikah muda, merasa tersaingi dengan teman-teman yang sudah terlebih dahulu menikah, coba fikirkan dan tinjau ulang, atas dasar dan karena apa kalian menikah. Sudah seberapa siap kalian berada di zona tersebut. Hal positif akan jadi motivasi, tapi jangan melupakan hal negatif. Hal negatif juga harus difikirkan sebelum menikah. Cobalah untuk menyiapkan apa yang orang-orang mungkin lupa untuk ia siapkan. Jadikan pernikahanmu sebuah pernikahan yang menebar manfaat untuk dirimu, keluarga kecilmu, hingga lingkunganmu.

Untukmu yang sedang memantaskan diri, janganlah singkirkan tujuan utama perbaikan diri ini. Kita bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik bukan karena kita ingin menikah ataupun mendapatkan jodoh yang sempurna. Hati-hati akan niat yang salah ini. Perbaikan diri itu lillah, jodoh itu insyaAllah mengikuti nantinya. Banyak mereka yang ingin menikah, ketika melihat seseorang ikhwan/akhwat yang sholeh ataupun sholehah lalu ia berfikir aku akan memperbaiki diri agar bisa meminangnya. Eits hati-hati.!!! Hidayah memang bisa datang dari mana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja. Dari dia juga bisa, tidak ada yang salah, tapi harus segera diluruskan kembali niat ini. Sekali lagi kalimat ini harus saya sampaikan. Perbaikan diri itu lillah, jodoh itu insyaAllah mengikuti nantinya.

Untukmu yang dalam penantian. Sungguh penantian adalah hal yang benar-benar menguji diri kita. Kuatnya seseorang untuk tidak tergoda akan hawa nafsu memang berbeda-beda, ada yang memang ia kuat, ketika digombalin sedikit, ia biasa saja malah memilih untuk mengakhiri pembicaraan yang ia rasa tidak penting. Tapi ada juga yang ketika di digombalin, dia langsung klepek-klepek (kata orang sekarang) hehehe. Berhati-hatilah kawan.

Ada sebuah perumpamaan, "Kenapa berfikir menghadirkan benteng yang kuat walaupun terus dipukul dia tetap kokoh, kenapa tidak berfikir bagaimana agar benteng itu tidak terus dipukul, baik ia benteng yang kuat ataupun lemah". Dalam suatu pembicaraan dengan seorang teman, ia bercerita kalau ia sedang dekat dengan seseorang, tapi insyaAllah ia tidak akan tergoda ataupun
berharap sedikitpun dengannya. InsyaAllah ia kuat. Kurang lebih seperti itu pembicaraan kami. Sekuat apapun benteng itu, kalau ia dipukul terus menerus pasti akan retak juga. Kenapa tidak melakukan pencegahan agar benteng itu tidak dipukul.

Untukmu yang dalam pengharapan, tak perlu takut akan jodoh yang tak kunjung datang menjemputmu, mungkin saat ini bukan waktu yang tepat untukmu, mungkin masih ada hal-hal yang harus disiapkan olehmu untuk itu. Teruslah berdoa, fokus ke perbaikan diri. Walaupun ia ada di kutub Utara, kalau jodoh pasti ketemu jua. Dia akan hadir di hadapanmu ketika kau dan dia sudah sama-sama siap menuju bahtera kehidupan baru.

Yuk saling mengingatkan dan saling menasehati, semoga menginspirasi, walaupun penulis juga belum merasakan tahapan-tahapan itu hehehe.. Mohon doanya untuk kita semua...

Minggu, 03 April 2016

Islam dan Suku

1. Kita tak pernah memilih dilahirkan dimana, dari keluarga apa, suku apa | karena itulah semua itu disebut dengan takdir, ketetapan Allah

2. Bentuk badan, warna kulit, itu semua tidak pernah kita pilih | termasuk orangtua dan tempat lahir, itupun semua ketetapan Allah

3. Allah itu adil, karenanya Allah takkan pernah menghisab takdir itu | Allah takkan minta pertanggungan tentang semua yang Dia tetapkan

4. Terhadap kesemua takdir itu, kewajiban yang Allah beri hanya satu | beriman pada takdir, bahwa itu adalah ketetapan Allah yang adil

5. Maka Islam tak pernah menyoal tentang suku, warna kulit, bentuk badan | Allah dan Rasul bahkan berkali-kali menegaskan hal itu

6. Beda dengan Islam dan iman, itu adalah pilihan, yang akan dihisab | beriman atau kafir, taat atau maksiat, kesemuanya pilihan manusia

7. Dan Islam benar-benar memberi fokus, bahwa ketakwaan itulah pembeda | bukan tempat lahir, suku, warna kulit, keturunan bangsawan, bukan

8. Maka Islam tak pernah mencela manusia, Islam mencela perilakunya | karena manusia bisa berubah, tapi perilaku punya nilai yang tetap

9. Dari situ, lahir di Indonesia, keturunan Cina, laki-laki, itu takdir bagi saya | takkan dihisab oleh Allah, sebab itu ketentuan-Nya

10. Tapi menjadi Muslim, memilih untuk taat pada syariat, mendakwahkan Islam | itu semua adalah pilihan, yang wajib kita banggakan

11. Jadi bila ingin mencintai manusia, cintailah ketaatannya | bukan mencintai fisik, suku, bentuk badan, warna kulit, yang tak penting

12. Dan bila membenci, bencilah perilakunya, maksiatnya, kekufurannya | bukan membenci orangnya, sukunya, warna kulitnya, itu salah

13. Karena manusia bisa berubah, hari ini baik bisa jadi besok jahat | hari ini jahat bisa jadi besok taat, cintai dan benci seadanya saja

14. Cintai Islamnya, walau lain suku, lain warna kulit, beda negara | maka kecintaan itu tetap akan ada dan bertahan, cinta karena Allah

15. tapi bila dahulukan cinta suku, cinta warna kulit, cinta negara | maka lain suku, lain warna kulit, lain negara, sulitlah ada cinta

16. Sebab segala selain Allah musnah, maka hati-hati mendasarkan cinta | cintailah karena Allah, kelak kecintaan kita sampai akhirat :D

Repost
By: Ustadz Felix Siauw

Sabtu, 26 Maret 2016

Kamu Bersyukur atau Tidak?

Banyak dari kita yang kurang bersyukur akan hidup yang dijalaninya saat ini. Merasa dirinya lebih rendah dibandingkan yang lain, merasa hidupnya tak adil, merasa Allah tidak sayang kepadanya.

Hei, tidak sadarkah kita bahwa tak ternilai nilai yang sudah Allah beri ke kita sejak kita lahir. Kitalah yang kurang bersyukur, mengingat kuat akan kesedihan yang datang, melupakan sekuat-kuatnya akan nikmat dan kebahagian yang sudah diberikan ke kita.

Aku sendiri mungkin masih jadi orang yang kurang bersyukur hingga saat ini. Ketika kita bisa bersekolah di sekolah favorit kita menganggapnya biasa saja. Ketika kita sudah lulus di salah satu universitas, kita merasa itu bukan universitan pilihan utama kita, sehingga kita meninggalkannya. Ketika kita sudah berada di universitas pilihan kita, kita merasa itu bukan jurusan yang kita inginkan. Padahal kita kuliah tanpa biaya alias beasiswa full plus uang saku dan plus kepastian lapangan pekerjaan.

Astaghfirullah begitu kurang bersyukurnya kita. Setelah kita wisuda, kita mendapatkan pekerjaan yang jauh dari kota dan kita masih belum bersyukur kenapa jauh dari kota. Padahal banyak mereka yang bergelar sarjana hingga saat ini masih pengangguran dan menanti panggilan dari suatu perusahaan.

Di saat kita sudah mendapatkan penghasilan yang lumayan besar dengan status A.Md dan mengalahkan mereka yang sudah lama mengabdi untuk perusahaannya bahkan mereka yang bergelar sarjana di kota, kita merasa iri dengan penghasilan mereka yang bergelar sarjana disini.

Astaghfirullah, maafkan hamba ya Allah. Malah ada rasa iri dengan mereka yang bekerja di kota, kadang terbesit keinginan dan pikiran, "Mending di kota aja gaji lebih kecil sedikit tidak apa-apa yang penting tidak kerja di pelosok gini", astaghfirullah lagi-lagi kita kurang bersyukur padahal angka penghasilan yang didapat ini malah 8diidam-idamkan sama mereka yang bekerja di daerah perkotaan.

Rezeki Allah yang mengatur, kitalah yang harus bekerja keras. Besarnya penghasilan seseorang tidak bisa dinilai dari quantity rupiahnya. Mereka yang berpenghasilan 1 - 2 juta, pasti akan habis juga penghasilannya, mereka yang berpenghasilan 2 - 3 juga akan habis juga, 4-5 juta juga begitu, bahkan yang sudah menyentuh 2 digit di depannya juga akan merasa sama, kok habis gitu aja ya.

Jadi perbedaan diantara semuanya ada di titik syukur. Mereka yang berpenghasilan 2 digit belum tentu puas dan bahagia, bisa saja merek yang berpenghasilan 1-2 juta malah lebih bahagia. Iya itu di titik syukurnya. Bersyukur, bersyukur, bersyukur. Itu kuncinya. Bukankah ketika kita bersyukur, Allah akan menambah nikmat itu?

Reminder buat diri saya sendiri, dan semoga bisa jadi reminder buat yang membaca ini. Berapapun penghasilanmu, tetap sisihkan sebagian rezeki kita di jalan Allah, tetap bersyukur akan yang kita miliki sekarang, yakinlah Allah menunggu kita bekerja keras dari sebelumnya... Bismillah teman-teman.. :)